Ekonomi China Menyusut Tajam Bulan April akibat Lockdown

Seorang petugas kesehatan menlewati sebuah jembatan yang ditutup akibat lockdown di Shanghai, China hari Rabu (18/5).

Sektor eceran dan produksi China terkoreksi tajam pada April, sementara lockdown – atau penghentian kegiatan dan penutupan sebagian wilayah – di seluruh negara itu menyebabkan konsumen tidak bisa berbelanja dan pabrik menghentikan produksi. Perkembangan ini membayang-bayangi secara suram sasaran ekonomi China untuk 2022.

Penjualan eceran barang konsumen menyusut 11,1% dari setahun yang lalu, penyusutan terbesar sejak Maret 2020, demikian menurut data yang diterbitkan oleh Biro Statistik Nasional China pada Senin (16/5).

Tingkat produksi jatuh 2,9% berdasarkan data tahunan, penurunan terbesar sejak Februari 2020, demikian menurut angka resmi, sementara kebijakan COVID-nol terus mengacaukan ekonomi, dan juga mata rantai pasokan, sehingga mengganggu kegiatan pabrik.

Kegiatan manufaktur turun 4,6%, kebanyakan di sektor otomotif, demikian kata Fu Ling-hui jurubicara untuk Biro Statistik Nasional China pada Senin.

Pada April penjualan mobil anjlok tajam 31,5% dari setahun yang lalu.

BACA JUGA: Dirjen WHO: Toleransi Nol COVID-19 China Tak Bisa Dipertahankan 

“Pada umumnya ini adalah perubahan jangka pendek yang diakibatkan oleh dampak epidemic, yang berlangsung secara bertahap dan sifatnya eksternal,” kata Fu Ling-hui.

“Ekonomi China akan bisa mengatasi dampak epidemi ini, secara bertahap stabil kembali dan pulih, serta mempertahankan sebuah perkembangan yagn stabil dan sehat,” tambahnya.

Sejak awal dari gelombang COVID 19 yang baru pada Maret, China telah memberlakukan lockdown yang ketat guna membendung penyebaran lewat perintah agar pekerja tinggal di rumah dan pabrik ditutup, atau beroperasi pada kapasitas yang terbatas. [jm/em]