Tahun 2013 adalah tahun yang lebih baik bagi ekonomi Eropa, importir penting barang-barang dari seluruh dunia. Tetapi krisis ekonomi yang mencengkram benua itu sejak 2008 belum berakhir.
Menurut statistik, krisis perekonomian Eropa masih terus berlangsung memasuki tahun keenam. Tapi ini tidak terasa di Jalan Oxford di London, seperti tersimak sejak seminggu sebelum Natal.
Ekonomi Inggris termasuk yang terkuat di Eropa, dan bahkan para pengecer disana sudah mengobral barang jauh sebelum Natal. Di beberapa negara yang memakai mata uang euro, krisis perekonomian jauh lebih terasa menurut ekonom Ben May dari Capital Economics.
“Utang masih sangat tinggi, sama seperti pengangguran. Perlu ada penghematan lebih besar di sejumlah negara-negara itu tetapi penduduknya semakin enggan menerima kenyataan tersebut.”
Keengganan itu tercermin dalam berbagai demonstrasi, seperti di Yunani, dan dalam pemilu dimana para pemilih di beberapa negara mendukung pemimpin yang anti penghematan.
Penghematan juga kontroversial di kalangan ekonom karena merugikan pertumbuhan ekonomi. Ben May mengatakan pertumbuhan ekonomi Eropa akan tetap lemah tahun 2014 dalam masa pemulihan yang ia sebut “tertatih-tatih” dan “rapuh.”
“Situasi sudah membaik di zona euro, tetapi saya pikir masih banyak masalah dan banyak hal yang bisa membuat kawasan itu kembali jatuh dalam resesi.”
Bahkan di luar ekonomi yang relatif kuat seperti Inggris dan Jerman, tetap ada harapan. Profesor Iain Begg dari London School of Economics mengatakan satu tanda positif adalah pembicaraan tentang ambruknya sistem euro telah lenyap.
“Saya pikir 2013 adalah tahun yang akan diingat para pemimpin Eropa paling tidak dengan sedikit kepuasan bahwa situasi telah membaik. Tetapi itu belum terwujud dalam sentimen di masyarakat karena pendapatan masih tersendat dan angka pengangguran masih tinggi.”
Hal itu tampak jelas di Jalan Oxford, di mana banyak orang mengatakan mereka khawatir tentang masa depan meskipun mengeluarkan uang untuk membeli banyak hadiah Natal.
Ekonomi Inggris termasuk yang terkuat di Eropa, dan bahkan para pengecer disana sudah mengobral barang jauh sebelum Natal. Di beberapa negara yang memakai mata uang euro, krisis perekonomian jauh lebih terasa menurut ekonom Ben May dari Capital Economics.
“Utang masih sangat tinggi, sama seperti pengangguran. Perlu ada penghematan lebih besar di sejumlah negara-negara itu tetapi penduduknya semakin enggan menerima kenyataan tersebut.”
Keengganan itu tercermin dalam berbagai demonstrasi, seperti di Yunani, dan dalam pemilu dimana para pemilih di beberapa negara mendukung pemimpin yang anti penghematan.
Penghematan juga kontroversial di kalangan ekonom karena merugikan pertumbuhan ekonomi. Ben May mengatakan pertumbuhan ekonomi Eropa akan tetap lemah tahun 2014 dalam masa pemulihan yang ia sebut “tertatih-tatih” dan “rapuh.”
“Situasi sudah membaik di zona euro, tetapi saya pikir masih banyak masalah dan banyak hal yang bisa membuat kawasan itu kembali jatuh dalam resesi.”
Bahkan di luar ekonomi yang relatif kuat seperti Inggris dan Jerman, tetap ada harapan. Profesor Iain Begg dari London School of Economics mengatakan satu tanda positif adalah pembicaraan tentang ambruknya sistem euro telah lenyap.
“Saya pikir 2013 adalah tahun yang akan diingat para pemimpin Eropa paling tidak dengan sedikit kepuasan bahwa situasi telah membaik. Tetapi itu belum terwujud dalam sentimen di masyarakat karena pendapatan masih tersendat dan angka pengangguran masih tinggi.”
Hal itu tampak jelas di Jalan Oxford, di mana banyak orang mengatakan mereka khawatir tentang masa depan meskipun mengeluarkan uang untuk membeli banyak hadiah Natal.