Ekonomi Tumbuh di Kuartal Tiga, Singapura Pertahankan Kebijakan Moneternya

Sejumlah warga tampak bertransaksi di mesin ATM DBS di Singapura pada 31 Maret 2022. (Foto: Reuters/Caroline Chia)

Bank sentral Singapura pada Senin (14/10) tidak mengubah pengaturan kebijakan moneternya, seperti yang diperkirakan, karena data menunjukkan perekonomian negara itu mengalami peningkatan pada kuartal ketiga dan para pembuat kebijakan menyatakan optimisme tentang prospek 2025.

Otoritas Moneter Singapura (MAS) mengatakan akan mempertahankan tingkat apresiasi yang berlaku pada pita kebijakan berbasis nilai tukar, yang dikenal sebagai Nilai Tukar Efektif Nominal, atau S$NEER.

Lebar dan level di mana pita tersebut dipusatkan juga akan dipertahankan, kata MAS.

“Risiko terhadap prospek inflasi Singapura lebih seimbang dibandingkan dengan tiga bulan lalu,” kata MAS dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa momentum pertumbuhan telah meningkat.

BACA JUGA: Lindungi Pedagang Kecil, Pemerintah Minta Apple, Google Blokir Dua Aplikasi China

“Kecuali melemahnya permintaan akhir global, ekonomi akan terus berkembang dengan kecepatan yang stabil dan tetap mendekati jalur potensialnya pada 2025,” kata bank sentral.

MAS memperkirakan inflasi inti akan terus menurun hingga sekitar 2 persen pada akhir 2024.

Inflasi inti telah menurun dari puncaknya sebesar 5,5 persen pada awal 2023, dan mencapai titik terendah di angka 2,5 persen dalam 2,5 tahun terakhir pada Juli sebelum naik tipis menjadi 2,7 persen pada Agustus.

Secara terpisah, estimasi awal dari Kementerian Perdagangan Singapura menunjukkan produk domestik bruto (PDB) naik 4,1 persen pada kuartal ketiga dari tahun sebelumnya, meningkat dari laju tahunan sebesar 2,9 persen pada kuartal kedua.

“Prospek pertumbuhan lebih optimis,” kata ekonom OCBC, Selena Ling, seraya menambahkan bahwa gopolitik dan konflik perdagangan menjadi kekhawatiran bagi negara kota tersebut dan ada peluang untuk melonggarkan jadwal kebijakan MAS berikutnya pada Januari 2025.

Sebagai negara yang sangat bergantung pada perdagangan, Singapura menggunakan metode unik dalam mengelola kebijakan moneter, dengan menyesuaikan nilai tukar dolarnya terhadap sekeranjang mata uang, bukan suku bunga domestik seperti kebanyakan negara lain.

Kebijakan tersebut disesuaikan melalui tiga faktor: kemiringan, titik tengah, dan lebar rentang kebijakan.

BACA JUGA: Terlibat Suap, Mantan Menteri Transportasi Singapura Divonis 12 Bulan Penjara

Singapura sering dianggap sebagai penentu pertumbuhan global karena perdagangan internasionalnya mengerdilkan ekonomi domestiknya.

Kementerian Perdagangan Singapura pada Agustus menyesuaikan kisaran perkiraan pertumbuhan PDB untuk tahun 2024 menjadi 2,0 persen hingga 3,0 persen, dari sebelumnya 1,0 persen hingga 3,0 persen.

Pertumbuhan PDB pada 2023 adalah 1,1 persen, turun dari 3,8 persen pada 2022.

MAS memperketat kebijakan sebanyak lima kali antara Oktober 2021 dan Oktober 2022, termasuk dalam dua langkah di luar siklus, untuk mengendalikan inflasi selama pandemi dan di tengah ketidakstabilan geopolitik global. Sejak saat itu, kebijakan ini tetap stabil karena kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi mengalahkan inflasi. [ns/ka]