Pertumbuhan pembangunan akomodasi pariwisata di Bali menyebabkan peningkatan kebutuhan sumber daya air yang melebihi kapasitas siklus hidrologi.
Maraknya pembangunan akomodasi pariwisata seperti hotel dan villa di Bali tidak saja mengeksploitasi penggunaan air permukaan tetapi juga air bawah tanah, ujar aktivis lingkungan.
Koordinator Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali, Wayan Gendo Suardana, mengatakan Kamis (23/8) bahwa penggunaan air di Bali kini telah melebihi kapasitas siklus hidrologi, sehingga secara kuantitas volume dan kualitas air, Bali telah mengalami krisis air.
Bukti lapangan yang dapat menjadi petunjuk awal adalah mengeringnya beberapa sungai di Bali dan tingkat intrusi air laut yang semakin parah, ujarnya.
“Data Badan Lingkungan Hidup (BLH) menunjukkan bahwa 200 lebih atau 60 persen daerah aliran sungai mengering dan itu potensi air permukaan. Data BLH juga yang menyatakan bahwa daerah Kuta dan daerah Suwung itu sudah mengalami intrusi, satu kilometer di daerah Sanur sampai ke Suwung dan 8 meter di daerah Kuta intrusi itu terjadi, artinya ada penggunaan air bawah tanah yang sifatnya eksploitatif,” kata Gendo.
Gendo Suardana mengusulkan kepada pemerintah provinsi Bali untuk memberlakukan kuota pembatasan penggunaan air bagi akomodasi pariwisata.
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Perry Markus mengakui kebutuhan air untuk perhotelan sangat besar.
“[Kebutuhannya] 30 liter per orang. Di Badung saja ada 78.000 kamar. Jika tingkat hunian 50 persen, berarti sekitar 34.000 kamar berisi dua orang, dan itu ratusan ribu liter per hari,” kata Perry.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi Bali, Ketut Teneng, menyatakan pemerintah provinsi Bali juga sedang berusaha untuk melakukan pemanfaatan air laut untuk diolah menjadi air minum guna memenuhi kebutuhan air bersih di Bali. Tetapi rencana tersebut masih terbentur dengan ketersediaan teknologi.
“Sumber-sumber air juga belum dikelola maksimal, masih dibuang ke laut,” ujarnya.
Penelitian yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup pada 1997 silam menyebutkan jika Bali akan mengalami krisis air pada 2013 sebanyak 27 miliar liter. Ahli hidrologi lingkungan Universitas Udayana, Wayan Sunartha, memperkirakan Bali akan mengalami defisit air 26,7 miliar meter kubik pada 2015.
Koordinator Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali, Wayan Gendo Suardana, mengatakan Kamis (23/8) bahwa penggunaan air di Bali kini telah melebihi kapasitas siklus hidrologi, sehingga secara kuantitas volume dan kualitas air, Bali telah mengalami krisis air.
Bukti lapangan yang dapat menjadi petunjuk awal adalah mengeringnya beberapa sungai di Bali dan tingkat intrusi air laut yang semakin parah, ujarnya.
“Data Badan Lingkungan Hidup (BLH) menunjukkan bahwa 200 lebih atau 60 persen daerah aliran sungai mengering dan itu potensi air permukaan. Data BLH juga yang menyatakan bahwa daerah Kuta dan daerah Suwung itu sudah mengalami intrusi, satu kilometer di daerah Sanur sampai ke Suwung dan 8 meter di daerah Kuta intrusi itu terjadi, artinya ada penggunaan air bawah tanah yang sifatnya eksploitatif,” kata Gendo.
Gendo Suardana mengusulkan kepada pemerintah provinsi Bali untuk memberlakukan kuota pembatasan penggunaan air bagi akomodasi pariwisata.
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Perry Markus mengakui kebutuhan air untuk perhotelan sangat besar.
“[Kebutuhannya] 30 liter per orang. Di Badung saja ada 78.000 kamar. Jika tingkat hunian 50 persen, berarti sekitar 34.000 kamar berisi dua orang, dan itu ratusan ribu liter per hari,” kata Perry.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi Bali, Ketut Teneng, menyatakan pemerintah provinsi Bali juga sedang berusaha untuk melakukan pemanfaatan air laut untuk diolah menjadi air minum guna memenuhi kebutuhan air bersih di Bali. Tetapi rencana tersebut masih terbentur dengan ketersediaan teknologi.
“Sumber-sumber air juga belum dikelola maksimal, masih dibuang ke laut,” ujarnya.
Penelitian yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup pada 1997 silam menyebutkan jika Bali akan mengalami krisis air pada 2013 sebanyak 27 miliar liter. Ahli hidrologi lingkungan Universitas Udayana, Wayan Sunartha, memperkirakan Bali akan mengalami defisit air 26,7 miliar meter kubik pada 2015.