Ekspor minyak sawit Indonesia turun 8,5 persen tahun lalu karena situasi regulasi yang fluktuatif dan produksi yang lamban yang diperkirakan akan berlanjut tahun ini, kata Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Rabu.
Sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, Indonesia mengekspor 30,8 juta ton produk minyak sawit pada 2022, turun dari 33,7 juta ton pada tahun sebelumnya.
Untuk mengendalikan lonjakan harga minyak goreng dalam negeri tahun lalu, pemerintah menerapkan berbagai perubahan kebijakan ekspor minyak sawit, termasuk larangan ekspor selama tiga minggu mulai akhir April.
Penurunan sedikit produksi minyak sawit tahun lalu di tengah meningkatnya konsumsi domestik di sektor energi juga berkontribusi terhadap penurunan ekspor, kata Ketua GAPKI Joko Priyono dalam jumpa pers. "Konsumsi biodiesel (tahun lalu) melonjak karena konsumsi BBM naik pascapandemi," katanya.
Indonesia menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku untuk campuran wajib 30 persen dalam biodiesel. Campuran tersebut akan dinaikkan menjadi 35 persen pada bulan Februari dan produknya akan dinamakan B35.
Tahun lalu, Indonesia memproduksi 46,7 juta ton minyak sawit mentah, turun 0,4 persen dari 2021. Indonesia juga menghasilkan 4,5 juta ton minyak inti sawit (palm kernel oil). "Ini merupakan tahun keempat output stagnan sementara konsumsi domestik terus meningkat," kata Joko.
“Tahun 2023, kami perkirakan produksi akan stagnan lagi karena harga pupuk yang tinggi. Petani menggunakan dosis yang lebih rendah, yang akan mempengaruhi hasil tahun ini.”
Stok minyak sawit Indonesia mencapai 3,65 juta ton pada akhir tahun 2022. [ab/uh]