Seorang pengungsi Suriah bersenjatakan pisau menikam empat anak prasekolah dan melukai dua orang dewasa di tepi danau di Pegunungan Alpen Prancis pada hari Kamis (8/6) dalam serangan yang motifnya masih belum jelas.
Korban termuda dalam serangan di kota Annecy yang tenang itu baru berusia 22 bulan dan para penyelidik berusaha memahami alasan amukan pada pagi hari yang cerah di taman umum itu.
“Bangsa ini terkejut,” cuit Presiden Emmanuel Macron. Dia menggambarkan serangan itu sebagai “sepenuhnya serangan pengecut.”
“Korban anak-anak dan dewasa sedang berjuang antara hidup dan mati,” tambah Macron.
Video yang tampaknya merupakan rekaman atas kejadian itu beredar di media sosial. Dalam video itu, seorang laki-laki yang berkacamata dan berpakaian serba hitam mengayun-ayunkan pisau, sementara orang-orang di sekitar berteriak minta bantauan.
Francois Astorg, wali kota Annecy, mengatakan, “Pikiran pertama saya adalah untuk para korban muda berusia antara 22 bulan dan empat tahun. Semuanya ada empat dan ada juga dua orang dewasa. Apa yang terjadi pagi ini di Annecy sangat mengerikan.”
“Tidak ada motif teroris yang jelas,” kata jaksa lokal Line Bonnet-Mathis kepada para wartawan pada konferensi pers bersama Perdana Menteri Elisabeth Borne, yang bergegas ke kota tepi danau yang tenang itu. Annecy terletak sekitar 30 kilometer arah selatan dari kota Jenewa di Swiss.
BACA JUGA: Menlu AS Blinken: Perjuangan Melawan ISIS ‘Belum Selesai’Borne mengatakan tersangka “tidak dikenal oleh dinas intelijen mana pun” dan tidak memiliki “riwayat masalah kejiwaan.”
Baru-baru ini bercerai dan berusia awal 31 tahun, penyerang itu sebelumnya tinggal selama 10 tahun di Swedia di mana dia diberi status pengungsi pada bulan April, kata sumber keamanan dan mantan istrinya kepada AFP.
Saksi menggambarkan dia berlarian di sekitar taman di tepi Danau Annecy dengan mengenakan bandana dan kacamata hitam, dan tampaknya menyerang orang secara acak. Polisi bersenjata menangkapnya di tempat kejadian.
Keempat anak yang menjadi korban, termasuk seorang anak laki-laki Inggris dan seorang anak laki-laki Jerman, berada dalam kondisi kritis di rumah sakit setempat. [lt/jm]