Satu orang yang dituduh memainkan peran utama dalam rencana penculikan Gubernur Michigan Gretchen Whitmer menarik perhatian Biro Penyidik Federal FBI pada tahun 2019 setelah ia memasang pesan berapi-api di media sosial, yang menarget penegakan hukum; demikian kesaksian seorang agen FBI di pengadilan pada Kamis (17/3).
Sidang pengadilan atas empat laki-laki yang dituduh merencanakan penculikan itu kembali digelar di pengadilan federal di Grand Rapids, Michigan. Proses pengadilan sempat tertunda selama tiga hari setelah ada yang tertular COVID-19.
BACA JUGA: Pentagon Terbitkan Aturan untuk Hentikan Kebangkitan Ekstremisme di Kalangan MiliterPengacara para terdakwa, Barry Croft Jr., melanjutkan pemeriksaan silang terhadap agen FBI Christopher Long, yang ditanyai tentang bagaimana penyelidik tertarik pada pengemudi truk dari Bear, Delaware itu. Long mengatakan Croft pada 2019 menulis di media sosial bahwa ia ingin memaksa petugas polisi keluar dari rumah mereka dengan tembakan, kemudian “melangsungkan pengadilan rakyat dan menggantung mereka di pohon terdekat.”
Sebelumnya salah seorang pengacara lainnya, Joshua Blanchard, mengatakan kepada juri bahwa FBI mengejar Croft karena mereka tidak suka padanya atau teman-temannya, yang memiliki pandangan anti-pemerintah.
Croft, Adam Fox, Daniel Harris dan Brandon Caserta telah didakwa melakukan konspirasi.
Jaksa mengatakan keempatnya pada tahun 2020 mengalihkan kemarahan terhadap pemerintah menjadi rencana untuk menculik Whitmer karena pembatasan sosial yang ditetapkannya selama beberapa bulan pada awal pandemi.
BACA JUGA: Protes Soal Kondisi Penjara, Pemimpin Kelompok “Proud Boys” Minta DibebaskanSejumlah orang dipanggil untuk memberikan kesaksian mulai 9 Maret lalu.
Juri pekan lalu telah mendengar rekaman video media sosial dan rekaman pembicaraan para terdakwa, di mana Fox dan Croft berbicara tentang mengambil tindakan terhadap pemerintah. Pengacara Croft mengklaim informan dan agen FBI yang menyamar secara tidak pantas telah ikut mempengaruhi tindakan klien mereka.
Whitmer, seorang tokoh Partai Demokrat yang sedang bertarung supaya dapat terpilih kembali, jarang berbicara secara terbuka tentang kasus ini. Ia menyalahkan mantan presiden Donald Trump karena mengobarkan kemarahan atas pembatasan sosial terkait COVID-19 dan menolak mengutuk ekstremis sayap kanan seperti yang didakwakan dalam kasus itu. Ia mengatakan Trump terlibat dalam kerusuhan 6 Januari di mana para pendukung sang mantan presiden menyerbu Gedung Capitol Hill. [em/lt]