Perekonomian China diperkirakan akan pulih sejak menghapus pembatasan-pembatasan terkait COVID-19 yang melemahkan pertumbuhan ekonomi. Pada Selasa (18/4), China akan mengumumkan angka produk domestik bruto (PDB).
Kebijakan Pemerintah China untuk membendung penyebaran virus dengan rezim karantina yang ketat, tes massal dan pembatasan perjalanan, sangat menghambat aktivitas ekonomi. Namun, Beijing tiba-tiba membatalkan kebijakan itu pada Desember 2022.
Pengumuman pada Selasa (18/4) nanti akan menyajikan gambaran pertama sejak 2019 tentang ekonomi China yang belum terbebani oleh pembatasan kesehatan masyarakat. Jajak pendapat yang dilakukan AFP kepada sejumlah analis memperkirakan rata-rata pertumbuhan ekonomi 3,8 persen secara tahunan selama periode Januari hingga Maret.
Namun, perekonomian terbesar kedua di dunia itu menghadapi serangkaian krisis lain, mulai dari sektor properti yang sarat utang hingga kepercayaan konsumen yang melemah, inflasi global, dan ancaman resesi di tempat lain.
“Pemulihan itu nyata, tapi masih tahap awal,” kata Larry Hu, kepala ekonom di bank investasi, Macquarie.
BACA JUGA: Risiko Stabilitas Keuangan Meningkat, IMF Imbau Negara-negara agar WaspadaSetiap pemulihan “akan bertahap, sebagian besar karena lemahnya kepercayaan” konsumen yang akhirnya menyebabkan perusahaan “enggan” mempekerjakan lebih banyak staf.
Perekonomian China tumbuh hanya 3 persen selama 2022, salah satu kinerja ekonomi terlemah dalam beberapa dekade.
Pada kuartal pertama 2022, perekonomian China tumbuh 4,8 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 2,9 persen selama tiga kuartal terakhir 2022.
Jajak pendapat analis yang dilakukan oleh AFP memperkirakan perekonomian China akan tumbuh rata-rata 5,3 persen pada tahun ini.
BACA JUGA: Populasi Shanghai pada 2022 Anjlok Usai Penguncian COVIDPrakiraan itu sejalan dengan prakiraan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) sebesar 5,2 persen.
Namun, para analis memperkirakan tren global masih belum menyeret pemulihan China.
Sejumlah tren itu antara lain ketegangan geopolitik dengan Amerika Serikat, ancaman resesi di sejumlah negara maju lainnya dan kenaikan inflasi global. [ft/ah]