Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengakhiri lawatan ke negara-negara Teluk yang bertujuan mengamankan sejumlah investasi dengan menandatangani perjanjian investasi bernilai lebih dari $50 miliar di Uni Emirat Arab (UEA), demikian lapor media pemerintah UEA pada Rabu (19/7).
Lawatannya itu, yang juga mencakup kunjungan ke Qatar dan Arab Saudi, menjadi saksi keberhasilan Erdogan untuk mengamankan sejumlah investasi yang menguntungkan guna mendorong perekonomian Turki yang tengah bermasalah.
Turki sedang berjuang melawan ambruknya nilai mata uang mereka dan inflasi tinggi yang telah menghancurkan perekonomian negara tersebut.
Ankara baru-baru ini memperbaiki hubungan dengan negara-negara Teluk termasuk dengan Uni Emirat Arab dan Arab Saudi setelah terjadi persaingan selama bertahun-tahun menyusul gerakan Arab Spring yang muncul pada 2011.
Dukungan Turki untuk organisasi yang terkait dengan Ikhwanul Muslimin pada masa awal gerakan tersebut memicu perpecahan dengan negara-negara Teluk, yang menilai gerakan itu sebagai kelompok teroris.
Hubungan Turki dengan negara-negara Teluk semakin memburuk setelah munclul blokade terhadap Qatar, yang merupakan sekutu Turki. Blokade tersebut dijalankan oleh negara-negara di kawasan Teluk dan dipimpin oleh Arab Saudi. Embargo itu kemudian dicabut pada 2021 namun hubungan sejumlah negara Teluk dengan Turki masih belum bergejolak.
Seiring membaiknya hubungan yang terjalin antara Turki dan negara-negara Teluk, Erdogan bertandang ke UEA pada tahun lalu untuk meningkatkan hubungan politik dan ekonomi.
Pada Rabu (19/7), Erdogan terbang menuju UEA dari Qatar di mana ia bertemu dengan pemimpin negara itu Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani.
Sebelumnya pada bulan Maret, Turki dan UEA menandatangani perjanjian perdagangan bebas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perdagangan bilateral mencapai $40 miliar pertahun dalam kurun waktu lima tahun. [jm/lt/rs]