Presiden Erdogan menggunakan pidato mingguan di Parlemen menyerang keras Israel karena memasang alat keamanan di pintu masuk ke Masjid al-Aqsa di Yerusalem, tempat ketiga tersuci dalam Islam.
Erdogan mengatakan, keabsahan tindakan Israel itu masuk akal jika menghormati hak Israel, Palestina dan orang Palestina. Larangan terbatas ke Masjid itu, katanya, bukan karena alasan keamanan dan bahwa Israel mencoba mengambil al-Aqsa dari Muslim di bawah kedok mencegah terorisme.
Israel sudah mengumumkan mencabut keputusan memasang detektor logam yang kelihatan amat mencolok di pintu masuk ke Masjid al-Aqsa. Detektor itu dipasang setelah kawanan Arab bersenjata menembak mati dua anggota polisi Israel awal bulan ini.
Partai AK yang memerintah, partainya Erdogan, mendapat sebagian besar dukungannya dari pemilih yang beragama dan Erdogan hendak memposisikan diri sebagai seorang pemimpin di dunia Muslim.
Hari Jumat lalu di Istanbul ribuan orang memprotes larangan dan kontrol Israel di pintu masuk ke Masjid al-Aqsa. Protes besar serupa juga terjadi di beberapa kota tingkat propinsi di Turki. Kemarahan di Turki terhadap Israel tumpah menjadi kekerasan terhadap masyarakat kecil Yahudi di Istanbul.
Muslim nasionalis menyerang Neve Shalom, sinagoga utama di Istanbul. Serangan menimbulkan kerusakan kecil tanpa korban, tetapi pengecam mengatakan polisi yang biasanya melindungi sinagoga itu tidak turun tangan.
Hari Selasa (25/7) Presiden Erdogan mengutuk serangan tersebut. Erdogan mengatakan, tidak masuk akal menyerang sinagoga di Turki karena terjadi sesuatu di Masjid al-Aqsa. Ia menandaskan bahwa hal itu tidak sesuai dengan Islam dan tidak dibenarkan.
Ketegangan yang memuncak dari isu Masjid al-Aqsa memaksa Erdogan mencari kesimbangan yang sulit. Pemerintahannya sedang dalam proses rekonsiliasi dengan Israel setelah hubungan yang merenggang tahun 2010 ketika pasukan komando Israel membunuh sembilan warga Turki yang mencoba menerobos blokade ekonomi Israel terhadap Gaza.
Di samping perdagangan, kerjasama energi yang mendorong upaya rekonsiliasi itu.
Hingga saat ini seorang penasihat presiden Turki mengatakan isu Palestina itu terpisah dari hubungan yang lebih luas. Dengan ketegangan terus berlanjut mengenai Masjid al-Aqsa, kebijakan pemisahan itu kini menghadapi ujian terberat. [al]