Eropa Desak Iran agar Patuhi Kesepakatan Nuklir

Perwakilan Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan kebijakan Keamanan Josep Borrell dalam konferensi pers mengenai pembicaraan Uni Eropa dan Iran di Brussels, Belgia, 10 Januari 2020. (Foto: AP)

Perancis, Jerman dan Inggris memulai sengketa hukum formal sebagai tanggapan atas keputusan Iran pekan lalu untuk mengabaikan semua pembatasan nuklir berdasarkan perjanjian internasional.

Ketiga negara besar Eropa itu mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 atau dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA). Dengan mengambil langkah hukum itu, mereka berharap Iran dapat dibujuk kembali mematuhi kesepakatan.

JCPOA bertujuan untuk menghentikan Iran mengembangkan senjata nuklir.

Para pengamat mengatakan, langkah itu justru cenderung mengakhiri perjanjian yang ditandatangani Iran empat tahun lalu dengan enam kekuatan internasional. Barack Obama, yang saat itu adalah Presiden Amerika Serikat, juga menyetujui kesepakatan itu.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyarankan, akan lebih baik jika kesepakatan yang "cacat" itu diganti dengan perjanjian baru yang dirundingkan oleh Presiden Donald Trump. Mengambil sikap yang berbeda dengan mitranya dari Perancis dan Jerman, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson melayangkan gagasan perlunya kesepakatan nuklir baru dengan Iran itu dalam wawancara dengan BBC. [ps/pp]