Ketika Presiden Perancis Emmanuel Macron ingin menyampaikan keprihatinan negara-negara Eropa ke panggung dunia dalam isu perubahan iklim, ketegangan perdagangan atau ambisi nuklir Iran, ia tidak lagi menelpon Washington DC. Ia justru terbang ke Beijing.
Lawatan Macron ke China pekan ini mengisyaratkan bahwa Amerika di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump berisiko dikesampingkan dari panggung dunia. Satu peristiwa menunjukkan makna sangat jelas ketika Presiden China Xi Jinping mencicipi anggur Perancis, yang baru-baru ini dikenai tarif baru yang sangat tinggi.
Macron menunjukkan dirinya sebagai utusan bagi seluruh Uni Eropa, yang menyampaikan pesan bahwa blok negara-negara Eropa itu sebagian besar sudah muak pada Trump, yang secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya pada multilateralisme.
Ketika pemerintah Trump secara resmi melancarkan proses keluar dari perjanjian iklim Paris 2015, Perancis dan China pada Rabu (6/11) mengeluarkan “Beijing Call” atau “Seruan Beijing” untuk meningkatkan kerja sama global melawan perubahan iklim dan melindungi keanekaragam hayati secara lebih baik. Kedua negara sebelumnya menyesalkan mundurnya Amerika dari perjanjian iklim Paris itu.
“Pilihan satu negara saja tidak akan mengubah dunia. Hal itu hanya mengarah pada marginalisasi,” tegas Macron.
Sementara Xi Jinping mencicipi anggur Perancis dan daging sapi berkualitas tinggi di pameran impor di Shanghai, Macron mendorong pembukaan pasar China yang lebih luas bagi produk-produk Eropa.
“Saya rasa ia menemukan minuman anggur Languedoc. Ia belum terbiasa dengan minuman itu tapi menyukainya. Ia juga mencicipi Burgundy dan minuman anggur klasik Bordeaux,” tambahnya.
Xi mengatakan kedua pemimpin itu “mengirim sinyal kuat kepada dunia tentang upaya memperkuat multilateralisme dan perdagangan bebas secara mantap, juga kerjasama untuk membangun ekonomi terbuka.”
Selama kunjungan kenegaraan pertama ke China pada Januari 2018 lalu, Macron bertekad datang kembali setiap tahun guna membangun “rasa saling percaya.”
Xi juga telah melawat ke Perancis, ketika menandatangani perjanjian untuk membeli 300 pesawat buatan Airbus pada Maret lalu. [em/pp]