Puluhan ribu orang Ukraina tiba di Eropa Timur, melarikan diri dari invasi Rusia ke tanah air mereka. Para ahli memperkirakan antara 1 juta hingga 5 juta pengungsi akan memasuki Uni Eropa dalam beberapa minggu mendatang. Kali ini, negara-negara seperti Polandia membuka pintu yang sebelumnya tertutup bagi negara lain yang mencari suaka.
Dengan menggunakan segala moda transportasi yang ada, banyak orang Ukraina melintasi perbatasan mereka untuk menyelamatkan diri. Sebagian pengungsi tiba di Polandia dengan kereta api.
Yang lain menunggu berjam-jam untuk menyeberang dengan mobil atau berjalan kaki beberapa kilometer untuk mencapai titik perbatasan dengan Polandia, Rumania, dan Slovakia. Pria Ukraina berusia antara 18 dan 60 tahun tidak diizinkan meninggalkan negara mereka. Mereka diharapkan untuk membela tanah air mereka.
BACA JUGA: Pemerintah Upayakan Evakuasi 153 WNI di Ukraina ke Polandia, RumaniaUrsula von der Leyen, Presiden Komisi Eropa, mengatakan, “Dengan semua negara anggota garis depan, kami memiliki, rencana darurat yang nyata untuk menyambut dan menampung segera para pengungsi dari Ukraina.”
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen telah menguraikan rencana Uni Eropa untuk mendukung pengungsi Ukraina dan mereka yang terlantar akibat konflik melalui kantor bantuan kemanusiaannya, yang dikenal sebagai ECHO.
“Dan mengenai orang-orang yang terlantar secara internal (pengungsi di dalam negeri), kami mendapat banyak dukungan melalui bantuan kemanusiaan ECHO berupa tempat berlindung dan semua kebutuhan yang segera dibutuhkan oleh para pengungsi domestik,” ujarnya.
Walaupun Uni Eropa mengharapkan pencari suaka dari Ukraina jumlahnya sekecil mungkin, Von Der Leyen memastikan bahwa Eropa siap untuk menyambut mereka.
Perserikatan Bangsa-Bangsa khawatir bahwa hingga 5 juta orang Ukraina dapat mencari perlindungan di negara-negara tetangga, termasuk hingga 3 juta di Polandia.
Jumlah itu jauh lebih besar daripada yang terjadi selama krisis migran 2015, ketika 1,3 juta pencari suaka Suriah, Afghanistan, dan lainnya dari negara-negara yang dilanda konflik membanjiri Eropa, terbesar dalam satu tahun sejak Perang Dunia II. Jerman memberikan suaka kepada banyak pengungsi tersebut.
Namun, negara-negara Eropa Timur seperti Polandia dan Hongaria enggan menerima mereka. Hongaria bahkan membangun pagar perbatasan. Awal tahun ini, Polandia juga mulai membangun tembok perbatasan untuk mencegah gelombang baru pencari suaka dari Timur Tengah yang masuk melalui Belarus.
BACA JUGA: Rusia Serang Fasilitas Minyak dan Gas UkrainaKini, Polandia membuka pusat penerimaan di sepanjang lebih dari 500 kilometer perbatasannya dengan Ukraina. Menteri Dalam Negeri Polandia mengatakan Warsawa akan menerima semua orang Ukraina yang datang.
Marine Le Pen adalah kandidat presiden sayap kanan Prancis. Dalam wawancara dengan sebuah jaringan televisi, dia juga menegaskan dukungannya untuk menerima pengungsi Ukraina.
Kelompok hak-hak pengungsi menyambut baik pintu terbuka hari ini tetapi mereka khawatir tentang perlakuan diskriminatif terhadap pencari suaka, seperti disampaikan oleh Ole Solvang dari Dewan Pengungsi Norwegia.
“Perbedaan perlakuan seperti ini adalah sesuatu yang kami takutkan dan kami lihat. Dengan Ukraina, negara-negara mungkin lebih cenderung untuk membiarkan perbatasan masing-masing tetap terbuka. Tapi kita akan melihat bagaimana ini berkembang,” ujar Solvang.
Namun, sebagian warga khawatir jika konflik di Ukraina berlarut-larut, penyambutan pengungsi di negara-negara Uni Eropa kemungkinan akan berubah menjadi tidak seramah seperti sekarang. [lt/jm]