Etiopia pada Selasa (30/4) mengatakan pihaknya kecewa dengan keputusan Uni Eropa yang memberlakukan proses visa yang lebih ketat pada negara di Afrika tersebut.
Uni Eropa pada hari Senin (29/4) mengatakan mereka mengambil tindakan tersebut karena kerja sama Etiopia yang “tidak memadai” dalam menerima kembali pencari suaka dan migran gelap yang ditolak.
Langkah ini berarti warga Etiopia tidak lagi diberi kelonggaran dalam hal dokumentasi yang mereka berikan untuk memenuhi persyaratan kunjungan ke UE.
Mereka tidak lagi dapat memperoleh visa multiple-entry (visa yang dapat digunakan berkali-kali), para diplomat sekarang harus membayar untuk mendapatkan visa, dan waktu pemrosesan untuk visa standar UE telah diperpanjang menjadi 45 hari dari 15 hari saat ini.
Pada Selasa, kedutaan Etiopia di Brussels mengatakan pihaknya “kecewa” dengan keputusan tersebut dan meminta agar keputusan tersebut dipertimbangkan kembali.
BACA JUGA: Andorra Berlakukan Persyaratan Bahasa pada Penduduk Asing“Keputusan Dewan tidak mempertimbangkan kerja sama yang kuat antara Etiopia dan Uni Eropa yang telah membantu pemulangan dan reintegrasi warga Etiopia,” katanya.
“Keputusan tersebut gagal mempertimbangkan proses melelahkan yang dilakukan untuk menetapkan identitas kewarganegaraan (migran yang dipulangkan),” katanya.
Aturan yang lebih ketat ini merupakan bagian dari pendekatan “ganjaran dan hukuman” yang digunakan oleh Uni Eropa dalam menangani imigrasi ilegal.
UE juga telah memberlakukan proses visa yang lebih ketat terhadap Gambia.
Dewan UE telah menggarisbawahi bahwa penerapan aturan visa UE di suatu negara bergantung pada bagaimana negara-negara tersebut bekerja sama dalam menerima kembali migran yang dipulangkan.
Pada bulan September lalu, tercatat bahwa Etiopia hanya menerima kembali 10 persen warga negaranya yang dilaporkan akan pulang pada tahun 2020 dan 2021. [lt/jm]