Facebook mengaktifkan fungsi "Safety Check" untuk pertama kalinya di Amerika, Minggu (12/6), menyusul pembantaian di sebuah klub malam gay di Orlando, Florida.
Fitur pengecekan keselamatan, yang pertama kali diperkenalkan bulan Oktober 2014, itu memungkinkan para pengguna media sosial itu untuk menyebarkan berita bahwa mereka aman setelah bencana alam atau sebuah krisis.
"Bangun pagi, saya sangat marah mendengar penembakan di Orlando. Rasa duka dan doa kami sampaikan bagi para korban, keluarga mereka dan komunitas LGBT," kata CEO Facebook Mark Zuckerberg di akun resminya.
Penembakan itu dengan segera menjadi topik yang paling dibicarakan (trending topic) di Facebook dan Twitter, dengan tagar #PrayforOrlando menjadi salah satu pesan yang paling banyak diunggah sepanjang hari.
Tahun lalu, Facebook berjanji untuk mengaktifkan fitur Safety Check lebih sering dalam setiap bencana, setelah dikecam karena mengaktifkan fungsi tersebut menyusul serangan militan Negara Islam (ISIS) di Paris dan tidak sehari sebelumnya, ketika sebuah bom meledak menewaskan sedikitnya 43 orang di Beirut.
Facebook sebelumnya telah mengaktifkan fitur Safety Check setelah keadaan darurat di Prancis, Belgia, Pakistan, Nigeria, India dan negara-negara lainnya.
Facebook dan Twitter digunakan oleh banyak orang di tempat serangan di Pulse, klub malam gay yang populer di Orlando. Para pengunjung klub malam itu saling mengirim pesan ketika mereka mencari orang-orang terdekat di tengah kericuhan akibat aksi pembantaian tersebut. [zb]