Dalam beberapa minggu terakhir, situasi sulit dialami oleh raksasa media sosial Facebook, dengan serangkaian pembeberan yang dilakukan oleh mantan pegawainya (whistleblower) Frances Haugen.
Haugen mengungkapkan bahwa pimpinan perusahaan itu mengetahui bahwa media sosial tersebut telah memperparah berbagai masalah sosial yang terjadi di seluruh dunia, mulai dari perdagangan manusia sampai ke kekerasan antar kelompok.
BACA JUGA: Mantan Karyawan Facebook Tekankan Kerugian yang Ditimbulkan oleh Media Sosial itu pada Parlemen InggrisGelombang pembeberan ini tampaknya tidak akan mereda. Hal-hal baru pada minggu ini menunjukkan bahwa komitmen Facebook pada kebebasan pengungkapan pendapat dikesampingkan demi mendapatkan keuntungan. Di Vietnam misalnya, pemerintah yang represif di sana menuntut agar pembangkangan para warga dibungkam di media sosial tersebut.
Laporan juga menunjukkan Facebook tahu bahwa algoritmanya mengarahkan pengguna kepada informasi yang bermuatan ekstrim, seperti teori konspirasi QAnon dan klaim anti vaksin yang palsu, tetapi Facebook tidak mengambil tindakan untuk mencegah hal tersebut.
Dalam pernyataan kepada berbagai saluran media, perusahaan teknologi itu berusaha membela diri, dengan mengatakan bahwa pihaknya mengalokasikan sumber daya besar untuk memastikan keselamatan para pengguna platformnya dan berkilah bahwa kebanyakan informasi yang diterima jurnalis dan pejabat pemerintah tidak mewakili konteks yang sebenarnya.
Pada konferensi telepon guna membahas pendapatan kuartal perusahaan itu pada Senin (25/10), CEO Facebook Mark Zuckerberg mengklaim bahwa liputan media akhir-akhir ini telah menggambarkan perusahaannya secara salah.
BACA JUGA: Australia Ingin Facebook Minta Izin Orang Tua untuk Pengguna Anak-anak“Kritik dengan maksud baik membantu kami menjadi lebih baik,” kata Zuckerberg. “Tetapi saya berpendapat apa yang kita saksikan adalah usaha terkoordinasi untuk secara selektif membocorkan dokumen-dokumen yang memberi gambaran palsu dari perusahaan kami. Kenyataanya adalah, kami memiliki budaya terbuka, dimana kami mendorong diskusi dan penelitian tentang pekerjaan kami sehingga kami bisa membuat kemajuan atas berbagai isu yang kompleks.”
Dengan adanya pembeberan baru dan juga tantangan bisnis yang tidak terkait, Facebook, yang juga memiliki Instagram dan WhatsApp, akan dihadapkan pada berbagai hal yang merisaukan dalam beberapa minggu mendatang. [jm/lt]