Dalam dengar pendapat pada Rabu (18/9) untuk mengkaji penyebaran ekstremisme online dan efektivitas langkah-langkah yang diambil untuk mencegah konten kekerasan, para pemimpin Facebook, Twitter, dan Google menghadapi pertanyaan-pertanyaan sulit dari anggota Senat AS.
Dalam sidang tersebut, mereka menekankan langkah-langkah positif yang diambil, sambil mengakui pekerjaan yang masih harus dilakukan.
Para wakil kebijakan dari raksasa media sosial kepada panel senator AS pada Komite Perdagangan, Ilmu Pengetahuan, dan Transportasi mengatakan perusahaan mereka telah membuat kemajuan yang signifikan dalam mengekang fanatisme dan konten ekstremis di platform mereka.
Namun para senator menyarankan perusahaan-perusahaan itu untuk berbuat lebih banyak lagi , sebagai bagian dari "tanggung jawab digital" mereka untuk mencegah para teroris dan ekstremis menggunakan internet untuk mendorong kekerasan.
"Tidak peduli seberapa besar manfaatnya platform ini bagi masyarakat, penting untuk mempertimbangkan bagaimana platform bisa digunakan untuk kejahatan di dalam dan di luar negeri," kata Senator Roger Wicker dalam sebuah pernyataan pembukaan. Wicker mengutip insiden di mana kaum nasionalis kulit putih dan simpatisan ISIS menggunakan media sosial untuk meradikalisasi dan memposting kejahatan mereka.
Peran perusahaan media sosial mendapat sorotan dalam beberapa bulan terakhir setelah berbagai penembakan massal yang diposting secara online.
Setelah penembakan di Walmart di El Paso, Texas pada Agustus lalu yang menewaskan 22 orang, polisi melaporkan tersangka memasang manifesto anti imigran di sebuah situs yang disebut "8chan" hanya 27 menit sebelum penembakan itu. [my/pp]