Bocah 'Kaos Messi' Diburu Taliban karena Dinilai Kaya

Murtaza Ahmadi, anak laki-laki Afghanistan berusia 7 tahun, yang mengidolakan Lionel Messi, bersama ibunya Shafiqa Ahmadi, 38 tahun, di rumah mereka di Kabul, Afghanistan (8/12).

Keluarga anak laki-laki Afghanistan yang ramai dibicarakan di internet karena fotonya mengenakan kaos pemain sepakbola Argentina, Lionel Messi, yang terbuat dari plastik, terpaksa mengungsi.

Keluarga anak laki-laki dari Afghanistan yang sempat ramai dibicarakan karena mengenakan kaos idolanya, Lionel Messi, terpaksa mengungsi.

Murtaza Ahmadi, yang kini berusia 7 tahun, menjadi perhatian dunia dua tahun lalu ketika kakaknya membuat kaos dari kantong plastik warna biru putih bertuliskan nama Messi dan nomor 10 di bagian belakang kaosnya. Ia akhirnya bertemu dengan idolanya pada Desember 2017.

​Kepada Associated Press, ibunya, Shafiqa Ahmedi, mengatakan ketenaran "membawa banyak masalah bagi kami dan baginya."

"Selama dua tahun terakhir dia tidak bisa sekolah. Saya menyesal semua ini terjadi," katanya.

Penjahat mencoba memeras keluarga mereka, karena mereka mengira Murtaza kaya berkat ketenarannya. Taliban juga berupaya melacak keberadaannya.

BACA JUGA: Bagi Pelatih Barcelona, Messi Tetap Pesepak Bola Terbaik FIFA

Pada bulan November 2017, ketika militan Taliban melancarkan serangan di Jorguri, Murtaza bersama keluarganya meninggalnya rumahnya dan tinggal di rumah kerabat mereka di provinsi Bamiyan di Afghanistan tengah.

Tapi mereka terus menerima ancaman-ancaman, dan terpaksa pindah lagi, kali ini ke ibu kota Afghanistan.

Menurut mereka setelah pindah ke Kabul pun hidup mereka tetap sulit.

Murtaza anak bungsu dari lima bersaudara, dan keluarganya harus mengeluarkan uang sekitar $90 atau sekitar 1,3 juta selama sebulan untuk menyewa satu kamar.

Murtaza Ahmadi dengan kaos sepakbola yang diberikan oleh Lionel Messi.

Paman Murtaza, Asif Ahmedi, mengatakan keluarganya menerima sedikitnya 10 surat dan beberapa telepon dari kelompok kriminal yang berbeda-beda yang mengancam ingin membunuh Murtaza atau menculiknya kalau tidak mau membayar uang yang mereka minta.

"Semua orang kira kita jadi punya banyak uang karena dia sekarang terkenal, tapi kami miskin," ujarnya.

Meski begitu, mimpi Murtaza tidak pupus.

"Saya tetap ingin menjadi pemain bola seperti Messi dan mau lanjut sekolah," pungkasnya. [dw]