Operasi multinasional yang dijalankan oleh Interpol dan FBI dilaporkan berhasil menindak sejumlah upaya sabotase terhadap salah satu alat utama badan kepolisian internasional, sistem Red Notice, di Moldova. Empat orang tersangka ditahan di negara Eropa Timur tersebut.
Kepala Anti-Korupsi Moldova, Veronica Dragalin, mengatakan bahwa penggerebekan gabungan, yang melibatkan kerja sama dengan otoritas Prancis dan Inggris, telah mengungkap sebuah organisasi kriminal internasional yang memiliki keterkaitan dengan sejumlah individu di Rusia, Ukraina, dan Belarusia yang dicurigai melakukan kejahatan siber.
Para tersangka “membayar perantara dan tokoh masyarakat Moldova untuk memberi tahu para buronan kriminal tentang status Red Notice mereka,” kata Dragalin.
Red Notice menandai orang-orang yang dianggap sebagai buronan oleh penegak hukum di seluruh dunia dan merupakan salah satu alat Interpol yang paling penting.
BACA JUGA: Interpol Rilis Foto Mohamed Amra, Narapidana yang Kabur dari Penjara PrancisMenurut Dragalin, penyelidikan tersebut berujung pada penahanan empat orang selama 72 jam karena dicurigai telah mencampuri Red Notice tersebut.
Skema yang dilakukan bertujuan agar orang-orang yang masuk dalam daftar Red Notice “mendapat status suaka atau pengungsi” di Moldova dan sejumlah negara lain “dengan tujuan untuk memblokir dan menghapus” Red Notice tersebut dengan cara menyuap pejabat publik, tambahnya.
Jumlah uang yang terlibat disebut Dragalin mencapai jutaan dolar AS.
Interpol mengatakan bahwa operasi yang dilakukan badan kepolisian internasional yang berkantor pusat di Lyon, Prancis, itu dilakukan setelah adanya upaya untuk “memblokir dan menghapus” Red Notice tersebut.
Moldova lalu mebuka investigasi pada tanggal 2 April, setelah menerima informasi dari Kantor Kejaksaan Keuangan Nasional Prancis, dan kemudian meminta bantuan FBI.
Sebuah pernyataan dari Interpol mengatakan bahwa badan tersebut telah mengambil sejumlah langkah untuk mencegah “penyalahgunaan sistemnya.” [th/jm]