FBI Peringatkan Ancaman Peretas China pada Infrastruktur AS

  • Patsy Widakuswara

Sebuah ilustrasi mengenai peretas sedang bekerja dengan latar belakang bendera China. Direktur FBI Chris Wray mengatakan para peretas Pemerintah China menarget berbagai infrastruktur penting di AS. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)

Direktur FBI Chris Wray kepada anggota DPR AS mengatakan para peretas Pemerintah China menarget berbagai infrastruktur penting di AS. Peringatan itu disampaikan saat pemerintahan Biden memuji pendekatannya terhadap China sebagai kunci dalam mengurangi ketegangan antara kedua negara tersebut.

Transportasi umum hanyalah salah satu sistem infrastruktur penting di Amerika Serikat (AS) yang menjadi sasaran China, kata Direktur Biro Investigasi Federal (Federal Bureau of Investigation/FBI) Christopher Wray kepada anggota Kongres pada Rabu (31/1).

“Peretas China memanfaatkan infrastruktur Amerika sebagai persiapan untuk mendatangkan malapetaka dan menyebabkan kerugian nyata bagi warga dan komunitas Amerika, jika dan ketika China memutuskan sudah waktunya untuk menyerang," katanya.

China sebelumnya menolak tuduhan peretasan dari AS dan menganggapnya tidak berdasar.

Peringatan Wray tersebut dilontarkan selagi pejabat lain dalam pemerintahan Biden memuji upaya AS untuk mengulurkan tangan kepada China, dengan merujuk pada kerja sama baru dalam bidang pemberantasan narkoba sebagai bukti berkurangnya ketegangan.

Seorang anggota kelompok peretas Red Hacker Alliance yang menolak menyebutkan nama aslinya, menggunakan situs web yang memantau serangan siber global di komputernya di kantor mereka di Dongguan, Guangdong selatan China. (Foto: AFP)

AS dan China juga telah memulai diskusi mengenai kecerdasan buatan dan melanjutkan kontak antara militer kedua negara.

“Kami sepakat bahwa Presiden Biden dan Presiden Xi harus berbicara melalui telepon dalam waktu dekat. Dan, saya pikir pengakuan yang muncul dari pertemuan antara Biden dan Xi pada November 2023 di Woodside, California adalah tidak ada yang bisa menggantikan percakapan antar-pemimpin," ujar Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih.

Persoalan utamanya adalah pemilihan presiden AS pada November, di mana Washington khawatir akan munculnya campur tangan dari lawan-lawannya.

“China cenderung sangat berhati-hati dalam melakukan campur tangan, terutama dalam pemilihan presiden. Saya pikir kita mungkin melihat adanya campur tangan China melalui bot dan aktivitas online sehubungan dengan beberapa pemilu kongres, terutama jika mereka menganggap beberapa anggota Kongres bersikap terlalu keras terhadap China," jelas Jeremi Suri, pengajar hubungan internasional di Universitas Texas di Austin kepada VOA melalui Zoom.

BACA JUGA: Direktur FBI: Peretas China Sasar Infrastruktur Penting AS

Bot adalah aplikasi perangkat lunak yang dirancang untuk melakukan tugas otomatis melalui internet

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby menolak untuk mengonfirmasi apakah Presiden Xi Jinping berjanji kepada Presiden Joe Biden dalam pertemuan terakhir mereka pada November bahwa China tidak akan campur tangan dalam pemilu AS.

“Kami sudah menjelaskan secara terbuka dan secara pribadi kepada lawan-lawan bicara kami di seluruh dunia bahwa kami akan melakukan apa yang harus kami lakukan untuk memastikan pemilu kami bebas dan adil. Itu lah yang telah kami lakukan dan akan terus seperti itu," ujarnya.

Terlepas dari potensi gangguan-gangguan baru, setelah periode penuh gejolak tahun lalu, termasuk ketika China menerbangkan balon untuk memata-matai AS, hubungan tersebut sebagian besar telah stabil.

Your browser doesn’t support HTML5

FBI Peringatkan Ancaman Peretas China pada Infrastruktur AS

“Ada langkah-langkah yang sangat aktif yang dilakukan oleh pemerintahan Biden, oleh pemerintah AS untuk mencoba menemukan titik-titik tenang di mana China dapat terlibat. Dan di pihak China, tampaknya ada kemauan yang tidak terlihat satu atau dua tahun yang lalu," ucap Profesor Rana Mitter, guru besar hubungan AS-China di Harvard Kennedy School of Government kepada VOA melalui Skype.

Pemerintah AS ingin mempertahankan ketenangan itu, mengingat perang di Timur Tengah berpotensi meluas. [lt/ab]