Ferdinand Marcos Jr. Yakin Bisa Geser Wakil Presiden Filipina

Ferdinand "Bongbong" Marcos Junior dalam salah satu kampanyenya tahun lalu (foto: dok).

Putra dan pewaris nama diktator Filipina Ferdinand Marcos hari Kamis (5/10) mengumumkan, dia yakin bisa menggeser wakil presiden yang sekarang lewat pengadilan, yang bisa menempatkannya sebagai calon pemimpin Filipina.

Ferdinand "Bongbong" Marcos Junior mengukuhkan keluarganya sedang mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rodrigo Duterte, sekutu politiknya, untuk mengakhiri perburuan asset bernilai miliaran dolar yang diduga dicuri oleh ayah dan ibunya selama masa pemerintahan Presiden Marcos tiga dasa warsa lalu.

Marcos Junior, 60 tahun, kalah dalam pemilihan wakil presiden tahun lalu namun dia mengajukan kasus ke Mahkamah Agung dengan menuduh pemenangnya, Leni Robredo menipu dengan memanipulasi mesin penghitungan suara .

"Kami yakin apabila penghitungan ulang diadakan, hasil sebenarnya akan muncul dan membuktikan bahwa hasil pemilihan wakil presiden telah dihitung secara salah," kata Marcos kepada wartawan.

Kemenangan untuk Marcos akan memperkuat kembalinya keluarganya dalam bidang politik 31 tahun setelah revolusi "People Power" membuat jutaan orang turun ke jalan untuk mengakhiri 20 tahun pemerintahan ayahnya dan memaksa keluarga tersebut lari ke pengasingan di Amerika.

Ferdinand Marcos Senior meninggal di Hawaii tahun 1989, reputasinya sebagian besar hancur karena pemerintah menuduhnya serta kroninya menggelapkan $10 miliar dari kas negara selama masa kekuasaannya, serta terjadinya pelanggaran HAM secara luas.

Namun keluarganya, yang dipimpin oleh ibunya Imelda yang flamboyan, kembali ke Filipina setelah kematian ayahnya dan mulai membangun kembali kekuatan politik.

Imelda, kini berusia 88 tahun, tetap menjadi anggota Kongres yang mewakili sebuah provinsi di Filipina utara.

Imelda mengatakan, ia bermimpi putranya Bongbong yang menjadi senator dari tahun 2010 sampai tahun lalu, akan menjadi presiden.

Di Filipina, presiden dan wakil presiden dipilih secara terpisah. Wapres mengambil alih jika presiden meninggal atau tidak mampu menjalankan jabatannya.

Presiden Duterte, 72 tahun, mengaku punya berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit kardiovaskular disebabkan oleh merokok yang disebut penyakit Buerger.

Duterte menegaskan, dia adalah seorang pejabat anti korupsi.

Tetapi ia juga secara terbuka mengagumi gaya kepemimpinan diktator, dan menganggap klan Marcos sebagai sekutu politik penting yang membantu mendanai kampanye kepresidenannya.

Duterte mengatakan baru-baru ini keluarga Marcos mengusulkan penyelesaian kasus kekayaan hasil korupsi dengan menyerahkan beberapa aset kepada pemerintahnya, "termasuk beberapa batang emas".

Bongbong Marcos mengatakan hari Kamis, keluarganya menawarkan untuk menandatangani sebuah perjanjian di mana keluarga Marcos akan mengidentifikasi properti dan aset yang diperolehnya secara legal dan melepaskan klaimnya atas asset-aset lainnya yang ditemukan pemerintah. [ps/ii]