Filipina akan Bangun Pelabuhan Baru di Laut Cina Selatan

Balai Kota Kalayaan di Pulau Thitu dengan patung Tomas Cloma, entrepreneur dan pendidik marinir Filipina (Foto: VOA/ D. Agnote)

Eugenio Bito-onon, mantan walikota Kalayaan, kota terkecil Filipina di Kepulauan Spratly mengatakan, pelabuhan itu ditujukan untuk memudahkan akses ke Pulau Tithu bagi lebih dari 200 warganya, dan sekitar 50 tentara yang bergiliran ditempatkan di sana.

Filipina akan membangun sebuah pelabuhan baru di Laut Cina Selatan tahun depan dalam usahanya untuk mempertegas klaimnya di perairan tersebut. Para analis mengatakan, rencana itu kemungkinan memicu banyak reaksi dari negara-negara lain yang memiliki klaim yang saling bertentangan di Laut Cina Selatan, khususnya China.

Eugenio Bito-onon, mantan walikota Kalayaan, kota terkecil Filipina di Kepulauan Spratly mengatakan, pelabuhan itu ditujukan untuk memudahkan akses ke Pulau Tithu bagi lebih dari 200 warganya, dan sekitar 50 tentara yang bergiliran di tempatkan di sana. Pelabuhan itu, katanya, akan menampung kapal-kapal nelayan, kapal-kapal patroli dan bahkan sejumlah yacht.

Bito-onon pertama kali mencuatkan gagasan itu pada tahun 2012. Namun kasus arbitrase yang diajukan Manila terhadap Beijing menghalanginya. Semua rencana konstruksi dan perbaikan Filipina di Laut Cina Selatan terpaksa ditunda. Pemerintah Filipina ketika itu beralasan, proyek itu tidak layak dan akan menghabiskan banyak biaya.

Belakangan pemerintah Filipina memberikan persetujuan. Bito-onon mengatakan, pemerintah Filipina tampaknya kini menilai proyek itu layak, apalagi Beijing telah mempertegas klaimnya di perairan itu dengan membuat pulau-pulau buatan. Pulau-pulau buatan itu dijadikan landasan pacu udara dan dilengkapi fasilitas-fasilitas militer. [ab/uh]