Jepang dan Filipina akan mengadakan pembicaraan tingkat tinggi tentang pertahanan pada bulan depan, kata Manila, Jumat (28/6), ketika kedua negara berupaya meningkatkan hubungan dalam menghadapi China yang semakin konfrontatif.
Menteri Pertahanan Jepang Minoru Kihara dan Menteri Luar Negeri Yoko Kamikawa akan membahas “masalah bilateral dan pertahanan dan keamanan yang mempengaruhi kawasan” pada pertemuan 8 Juli di Manila, kata pernyataan Departemen Luar Negeri Filipina.
Pembicaraan tersebut menyusul meningkatnya konfrontasi di laut antara kapal China dan Filipina sewaktu Beijing meningkatkan upayanya untuk memaksakan klaimnya atas hampir seluruh wilayah Laut China Selatan. Tokyo dan Beijing juga berselisih mengenai pulau-pulau yang dikuasai Jepang di Laut China Timur.
Jepang, yang menduduki Filipina selama Perang Dunia II, sedang merundingkan Perjanjian Akses Timbal Balik (RAA) dengan Manila yang memungkinkan kedua negara tersebut mengerahkan pasukan di wilayah masing-masing.
Mantan Menteri Pertahanan Jepang, Itsunori Onodera, yang sekarang menjadi anggota parlemen Jepang dari partai berkuasa, mengatakan pada Jumat bahwa ia berharap negosiasi pakta pertahanan akan “menghasilkan kemajuan pesat” pada pertemuan bulan depan.
“Kami menyadari perlunya untuk lebih memperdalam kerja sama keamanan dan pertahanan antara kedua negara,” kata Onodera pada konferensi pers pada hari kunjungan terakhir lima hari ke Manila.
Onodera mengatakan dia telah bertemu dengan penasihat Keamanan Nasional Eduardo Ano, Menteri Pertahanan Gilberto Teodoro dan Menteri Luar Negeri Enrique Manalo untuk menegaskan kembali komitmen Jepang terhadap kemitraan strategi pertahanan dengan Filipina.
“Jepang berkomitmen, siap memberikan aset yang diperlukan Filipina untuk melindungi keamanan Filipina,” kata Yoshiaki Wada, anggota delegasi parlemen Jepang lainnya.
Tokyo telah membangun kapal Garda Pantai Filipina yang terbaru dan terbesar, yang merupakan elemen kunci dari upaya Manila untuk menegaskan kedaulatannya di Laut China Selatan. Onodera mengatakan Jepang "sangat prihatin" atas perilaku China dalam konfrontasi terbaru antara Manila dan Beijing di perairan Second Thomas Shoal.
Seorang pelaut Filipina kehilangan jempolnya pada 17 Juni ketika anggota penjaga pantai China yang memegang pisau, tongkat, dan kapak menggagalkan upaya Angkatan Laut Filipina untuk memasok garnisun ke sebuah kapal perang terlantar yang dengan sengaja mendarat di perairan dangkal tersebut untuk menegaskan klaim Manila di sana.
“Kami menentang segala upaya untuk secara sepihak mengubah status quo dengan kekerasan, atau tindakan apa pun yang akan meningkatkan ketegangan,” kata Onodera.
Pasukan Bela Diri Maritim Tokyo mengadakan latihan angkatan laut dan udara gabungan dengan Amerika Serikat, Australia dan Filipina di Laut China Selatan pada bulan April. Latihan tersebut untuk menunjukkan apa yang dikatakan para peserta sebagai “komitmen kolektif mereka untuk memperkuat kerja sama regional dan internasional dalam mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka." [ab/ka]