Presiden Ferdinand Marcos mengatakan pada Senin (6/5), bahwa Filipina tidak akan merespons dengan cara yang sama atas penggunaan meriam air oleh China terhadap kapal-kapal mereka. Negara ini mengesampingkan penggunaan peralatan “ofensif” ketika Manila menegaskan kedaulatan mereka di wilayah Laut China Selatan yang disengketakan.
China telah mengerahkan ratusan kapal penjaga pantai dan kapal-kapal lain untuk menekankan klaim mereka terhadap sebagian besar dari jalur pelayaran penting itu. Meskipun di sisi lain, pengadilan internasional menegaskan bahwa klaim China itu tidak memiliki dasar hukum.
Dalam konfrontasi terakhir pada 30 April, Filipina mengatakan bahwa Garda Pantai China telah merusak kapal Garda Pantai Filipina dan kapal milik pemerintah yang lain. Upaya itu dilakukan dengan menggunakan meriam air bertekanan tinggi sewaktu kapal-kapal Filipina itu sedang mengangkut bahan bakar, makanan dan air bagi nelayan mereka di Scarborough Shoal.
“Kami tidak akan mengikuti apa yang dilakukan kapal Garda Pantai China dan kapal-kapal China,” kata Marcos pada Senin, ketika ditanya apakah pihaknya akan mulai menggunakan meriam air milik penjaga pantai mereka untuk melakukan pembalasan.
“Langkah itu bukan misi dari angkatan laut kami, garda pantai kami, untuk memulai atau meningkatkan ketegangan. Kami tidak memiliki keinginan untuk menyerang siapapun dengan meriam air atau senjata penyerang lain macam apapun,” tambah dia.
Marcos menambahkan bahwa “hal terakhir” yang diinginkan Filipina adalah “meningkatkan ketegangan” di perairan yang disengketakan itu.
BACA JUGA: Buntut Insiden Meriam Air, Filipina Panggil Utusan ChinaJuru bicara penjaga pantai Filipina mengatakan pada Rabu pekan lalu, bahwa strategi Filipina adalah memperlihatkan tindakan pemerintah China dan mengupayakan kecaman internasional terhadap tindakan negara itu di Laut China Selatan. Tujuannya adalah mendorong upaya bersama untuk memastikan kemerdekaan navigasi di jalur laut yang strategis tersebut.
Marcos mengatakan bahwa Filipina akan melanjutkan responnya terhadap insiden di Laut China Selatan melalui cara-cara diplomatik. [ns/uh]