Filipina, pada Senin (3/4), mengungkapkan empat dari pangkalan militernya di mana AS akan mempunyai akses terhadap keempat pangkalan tersebut. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat dari angka yang tercakup dalam perjanjian pertahanan antar kedua negara yang bertujuan untuk meningkatkan aliansi antar keduanya.
Perluasan dari Perjanjian Peningkatan Kerja Sama Pertahanan (EDCA) menggarisbawahi pentingnya peran Filipina bagi AS, yang dulu sempat menjajah Filipina. Perluasan tersebut muncul di saat meningkatnya kekhawatiran akan sikap China di Laut China Selatan dan ketegangan yang terjadi dengan Taiwan.
EDCA, yang ditandatangani pada 2014 di bawah pemerintahan presiden Barack Obama, memperbolehkan AS untuk mengakses pangkalan militer Filipina untuk latihan bersama, mengatur alat-alat serta membangun sejumlah fasilitas seperti landasan, tempat penyimpanan bahan bakar, dan juga barak militer sementara.
Sejumlah lokasi yang diungkap pada Senin adalah pangkalan laut Camilo Osias di Santa Ana dan bandara Lal-lo, keduanya terletak di provinsi Cagayan, dan Camp Melchor Dela Cruz di Gamu, provinsi Isabela serta kepulauan Balabac di dekat Palawan.
BACA JUGA: Hubungan AS-China dalam Pengawasan di saat Pemimpin Taiwan Singgah di CaliforniaLokasi-lokasi tersebut sangat signifikan di mana Isabela dan Cagayan langsung menghadap ke utara ke arah Taiwan, sedangkan Palawan berada di dekat wilayah sengketa Kepulauan Spartly di Laut China Selatan, di mana China telah membuat pulau buatan yang dilengkapi dengan landasan dan sistem rudal.
Menteri Pertahanan Filipina Carlito Galvez menyebut lokasi-lokasi tersebut "sangat strategis" dan menekankan bahwa Filipina memiliki tanggung jawab pada komunitas internasional di Laut China Selatan.
"Itu adalah jalur perdagangan... di mana kurang lebih transaksi perdagangan senilai $3 triliun terjadi [setiap tahunnya]," ujarnya.
"Tanggung jawab kami adalah secara bersama-sama mengamankan itu." [rs]