Para perempuan bekerja keras, hanya tidur beberapa jam setiap malam, sambil mengurus anak-anak mereka dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Semua itu mereka lakukan di tengah kemiskinan yang melanda. Sebuah film dokumenter peraih penghargaan, "The Ones Left Behind," yang dirilis tahun lalu, mengisahkan kisah perjuangan para ibu tunggal di Jepang.
Pembuat film asal Australia, Rionne McAvoy, pekan ini mengatakan, ia ingin menceritakan kisah tentang "sebuah topik yang tidak ingin disentuh orang lain. Di Jepang, hal itu sangat tabu."
Meskipun didapuk sebagai salah satu negara terkaya di dunia, Jepang merupakan salah satu negara dengan tingkat kemiskinan anak tertinggi di antara negara-negara anggota OECD (Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan), dengan satu dari setiap tujuh anak hidup dalam kemiskinan.
Film itu bertutur melalui rangkaian wawancara dengan para perempuan dan ahli, dan menunjukkan sisi lain dari budaya negara tersebut yang standar idealnya untuk perempuan adalah menikah dan menjadi ibu rumah tangga.
BACA JUGA: Netflix Umumkan Lonjakan 13 Juta Pelanggan, Saham-saham AS Langsung Naik"Saya rasa itu judul yang sangat tepat, karena saya merasa ibu tunggal dan anak-anaknya benar-benar tertinggal dalam masyarakat," kata McAvoy.
Seorang perempuan di dalam film tersebut mengatakan, ia bekerja dari pukul 08.30 pagi hingga 7.30 malam, dengan penghasilan kurang dari 200.000 yen atau Rp 21 juta sebulan.
Tomiko Nakayama, perempuan lain dalam film itu, mengatakan: "Saya harus melakukan semuanya sendiri."
Sekitar separuh rumah tangga di Jepang dengan orang tua tunggal, hidup di bawah garis kemiskinan.
Masyarakat Jepang juga cenderung menyukai pekerja laki-laki penuh waktu, dan perempuan seringkali menerima upah dan tunjangan lebih sedikit, bahkan ketika mereka bekerja penuh waktu dan lembur. [ps/rs]