Pusat Kebudayaan @america, Jakarta, menampilkan film "Girl Rising", yang mengangkat kisah sembilan anak perempuan dari berbagai belahan dunia dalam menghadapi tantangan untuk memperoleh pendidikan, Senin Siang (6/1).
JAKARTA —
Trotoar jalan raya di Kolkata, India, merupakan rumah bagi Rusksana dan keluarganya, namun hebatnya sang ayah tetap mengusahakan Rusksana untuk bersekolah. Penulis buku “The Namesake”, Sooni Taraporevala menulis kisahnya dan aktris India Priyanka Chopra menarasikannya.
Sementara itu, Amina, seorang gadis asal Afghanistan, dipaksa menikah muda. Dalam keterbatasannya dia memberdayakan dirinya dan anak-anak lain untuk tidak menyerah dengan keadaan itu.
Demikian cuplikan film “Girl Rising” yang diputar di Pusat Kebudayaan @america, Jakarta, Senin Siang (6/1) . Film ini yang mengangkat kisah sembilan anak perempuan dari berbagai belahan dunia yang menghadapi tantangan untuk memperoleh pendidikan, termasuk kasus perbudakan, pernikahan muda dan ketidakadilan lainnya yang seharusnya tidak dialami di usia mereka yang masih sangat muda.
Film “Girl Rising” disutradarai oleh Richard E Robbins, seorang spesialis film dokumenter dan rumah produksi Documentary Group dan Vulcan Production. Deretan artis Holywood seperti Meryl Streep, Anne Hathaway, dan Selena Gomez berkontribusi sebagai narator dalam film yang bekerjasama dengan Intel Corporations dan CNN Films ini.
“Kenapa isu tentang perempuan ini penting, karena telah dibuktikan oleh para ahli ekonomi bahwa jika perempuan berhasil maka masyarakat juga akan berhasil. Jika masyarakat berhasil maka negara pun akan berhasil secara ekonomi, sosial dan politik,” demikian keterangan Kristen Bauer, Kuasa Usaha Ad Interim, Kedutaan Besar AS di Indonesia, pada pemutaran film yang dihadiri oleh sejumlah siswa-siswi SMP dan SMA di Jakarta dan sekitarnya tersebut.
Berbicara mengenai akses kaum perempuan terhadap pendidikan di Indonesia, Hana Satriyo, Direktur Gender dan Partisipasi Perempuan dari The Asia Foundation, mengatakan hanya separuh dari siswa SMP di Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
“Sementara yang disini, kalian yang sudah SMA, kalian minoritas. Hanya 40 persen orang Indonesia yang sekolah sampai dengan jenjang SMA, ini bagi yang ada di kota, sementara yang di desa hanya 20 persen yang sekolah sampai SMA,” kata Hana Satriyo.
Hak lain yang perlu diperjuangkan oleh kaum perempuan adalah partisipasi dalam politik. Dengan terjun ke politik, perempuan bisa menjadi agen perubahan. Michelle Bekkering, Direktur International Republican Institute, menceritakan kisahnya bertemu seorang aktivis muda perempuan Afghanistan bernama Naheed Farid yang menjadi anggota parlemen. Berkat perjuangan Naheed kini perempuan di Afgahnistan dapat memperoleh haknya untuk melanjutkan pendidikan.
“Aturan hukum menentukan bagaimana kita hidup, menentukan kesetaraan dalam undang-undang dan apakah kita bisa memperoleh pendidikan. Hal ini penting bagi kita kaum perempuan mengetahui apakah undang-undang yang diputuskan memperjuangkan kepentingan kaum perempuan,” jelas Michelle Bekkering.
Sementara itu, Amina, seorang gadis asal Afghanistan, dipaksa menikah muda. Dalam keterbatasannya dia memberdayakan dirinya dan anak-anak lain untuk tidak menyerah dengan keadaan itu.
Demikian cuplikan film “Girl Rising” yang diputar di Pusat Kebudayaan @america, Jakarta, Senin Siang (6/1) . Film ini yang mengangkat kisah sembilan anak perempuan dari berbagai belahan dunia yang menghadapi tantangan untuk memperoleh pendidikan, termasuk kasus perbudakan, pernikahan muda dan ketidakadilan lainnya yang seharusnya tidak dialami di usia mereka yang masih sangat muda.
Film “Girl Rising” disutradarai oleh Richard E Robbins, seorang spesialis film dokumenter dan rumah produksi Documentary Group dan Vulcan Production. Deretan artis Holywood seperti Meryl Streep, Anne Hathaway, dan Selena Gomez berkontribusi sebagai narator dalam film yang bekerjasama dengan Intel Corporations dan CNN Films ini.
Berbicara mengenai akses kaum perempuan terhadap pendidikan di Indonesia, Hana Satriyo, Direktur Gender dan Partisipasi Perempuan dari The Asia Foundation, mengatakan hanya separuh dari siswa SMP di Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
“Sementara yang disini, kalian yang sudah SMA, kalian minoritas. Hanya 40 persen orang Indonesia yang sekolah sampai dengan jenjang SMA, ini bagi yang ada di kota, sementara yang di desa hanya 20 persen yang sekolah sampai SMA,” kata Hana Satriyo.
Hak lain yang perlu diperjuangkan oleh kaum perempuan adalah partisipasi dalam politik. Dengan terjun ke politik, perempuan bisa menjadi agen perubahan. Michelle Bekkering, Direktur International Republican Institute, menceritakan kisahnya bertemu seorang aktivis muda perempuan Afghanistan bernama Naheed Farid yang menjadi anggota parlemen. Berkat perjuangan Naheed kini perempuan di Afgahnistan dapat memperoleh haknya untuk melanjutkan pendidikan.
“Aturan hukum menentukan bagaimana kita hidup, menentukan kesetaraan dalam undang-undang dan apakah kita bisa memperoleh pendidikan. Hal ini penting bagi kita kaum perempuan mengetahui apakah undang-undang yang diputuskan memperjuangkan kepentingan kaum perempuan,” jelas Michelle Bekkering.