Film "Mulan" Kurang Mendapat Sambutan Hangat di China

Promosi film Disney "Mulan" di sebuah halte bus di Beijing, China, 9 September 2020. (REUTERS / Carlos Garcia Rawlins)

Film terbaru Disney, "Mulan", mendapat sambutan yang beragam sejak dirilis di China pekan lalu.

Film yang dibintangi aktris China Liu Yifei ini diberi skor 4,9 dari 10 oleh lebih dari 165.000 orang di Douban, situs populer pemeringkat film, buku dan musik. Komentar negatif dan olok-olok lebih banyak muncul di media-media sosial ketimbang reaksi positif.

“Mulan meraih 23,2 juta dolar sejak dirilis akhir pekan lalu,” kata situs penjualan tiket online "Maoyan", Kamis (17/9). Situs yang juga mengeluarkan daftar peringkat film itu memberi skor yang lebih tinggi, yakni 7,5 dari 10, namun juga mencatat reaksi penonton yang beragam.

“Tingkat keartistikan yang buruk, dan kekeliruan pemahaman atas budaya China mengakibatkan kegagalan film itu di China,” kata surat kabar Global Time dalam sebuah cuitannya di Twitter. Para kritikus film keturunan China, di dalam dan luar negeri, juga kecewa dengan ketidakakuratan penggambaran sejarah China dan tokoh utamanya.

Namun, tak sedikit pula yang menyatakan suka terhadap film itu. “Bagus, karena penulis naskah yang menghadirkan cerita yang berbeda,” kata Zhang Qin, seorang veteran militer, setelah menonton film itu di Beijing, pekan lalu. “Mereka bermain dengan imajinasi. Itu hal bagus.”

Zhang Fan, seorang pakar teknologi informasi, juga memiliki pandangan positif terhadap film itu. “Apa yang menyentuh saya adalah pesan kemanusiaannya,“ katanya.

Film Mulan merupakan versi live-action film animasi Disney yang dirilis pada 1998 dengan sejumlah adaptasi. Film ini mendasarkan ceritanya pada dongeng kuno mengenai Hua Mulan, perempuan yang menggantikan posisi wajib militer ayahnya dengan berpura-pura sebagai pria.

Tema-tema seperti berbakti kepada orang tua dan keluarga serta kesetiaan pada pemerintah pusat masih dipertahankan pada film ini, meskipun banyak orang yang menganggap itu merupakan pandangan kuno dan bermasalah.

“Itu merupakan isu sensitif di era modern China karena banyak orang, termasuk saya, menganggap bakti terhadap orang tua atau keluarga sangat membatasi gerak,” kata Xiran Jay Zhao, penulis Kanada keturunan China yang akan merilis buku barunya mengenai satu-satunya perempuan kaisar di China. “Ini seperti belenggu moral.”

“Setelah menjadi pahlawan hebat, ia harus pulang dan mengabdikan diri kepada keluarganya dan kemudian menikah,” kata Zhao. “Dari semua yang ada pada kisah aslinya, mengapa itu yang dipilih?”

Para kritikus film juga mempersoalkan ketidakakuratan detail-detail film tersebut, seperti rumah gaya China Selatan yang ditempati keluarga Mulan, padahal Mulan berasal dari China Utara. Beberapa menyebutkan, tata rias dan pakaian yang dikenakan Mulan jelek dan tidak otentik. [ab/uh]