Banyak orang tidak yakin bahwa kanker dapat dicegah. Penelitian kanker dapat dikatakan masih baru, dan sebagian besar difokuskan pada pengobatan, bukan pencegahan.
Ada banyak alasan yang menghalangi jalan menuju pencegahan kanker, namun profesor Universitas Washington Graham Colditz mengatakan banyak jenis kanker dapat dicegah, dimulai dengan sepertiga jumlah kanker yang terkait rokok.
"Kita bisa mencegah lebih dari 70 persen kanker yang disebabkan oleh rokok di Amerika Serikat: kanker paru-paru, kanker kandung kemih, kanker ginjal, kanker kepala dan leher - semua karena merokok. Yang lain juga dalam daftar itu," kata Profesor Colditz.
Colditz dan rekan-rekannya memperoleh perkiraan itu dengan memproyeksikan situasi di negara bagian yang memiliki tingkat kanker terendah di Amerika.
Ia mendasarkan analisisnya pada data dari berbagai studi di Amerika Serikat, tapi dia mengatakan pencegahan kanker sama pentingnya di negara lain, walaupun strategi mereka mungkin berbeda.
Saat merokok menjadi target besar di negara berpendapatan rendah dan menengah, dia mencatat demikian juga dengan infeksi yang sering terkait dengan kanker.
Seperti dikatakannya, "Kanker hati dari hepatitis, kanker mulut rahim dari HPV [Human Papilloma Virus.] Jadi asal-usul infeksi mewakili persentase lebih besar untuk kanker dalam keadaan tersebut."
Karena berbagai alasan, kata Colditz, riset kanker sangat berfokus pada pengobatan.
"Pada kenyataanya, jika kita dapat mengalihkan sedikit saja penelitian itu untuk pencegahan, kita akan memberi sumbangan besar bagi masyarakat,’’ungkap Colditz.
Tapi bukan hanya tenaga medis yang berperan.
Apa yang kita makan, berapa banyak kita berolahraga, suasana di tempat kerja - ini adalah sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan kita secara umum, dan risiko terkena kanker pada khususnya. Para legislator, kata Colditz, dapat mengatur paparan zat penyebab kanker.
Selanjutnya, Colditz mengungkapkan, "Kita butuh semua anggota masyarakat untuk menerima tanggungjawab dan strategi untuk mempertahankan gaya hidup yang sehat dan menghindari kanker."
Profesor Graham Colditz adalah direktur Siteman Cancer Center di Saint Louis. Makalahnya mengenai upaya meningkatkan pencegahan kanker dimuat dalam jurnal Science Translational Medicine.
"Kita bisa mencegah lebih dari 70 persen kanker yang disebabkan oleh rokok di Amerika Serikat: kanker paru-paru, kanker kandung kemih, kanker ginjal, kanker kepala dan leher - semua karena merokok. Yang lain juga dalam daftar itu," kata Profesor Colditz.
Colditz dan rekan-rekannya memperoleh perkiraan itu dengan memproyeksikan situasi di negara bagian yang memiliki tingkat kanker terendah di Amerika.
Ia mendasarkan analisisnya pada data dari berbagai studi di Amerika Serikat, tapi dia mengatakan pencegahan kanker sama pentingnya di negara lain, walaupun strategi mereka mungkin berbeda.
Saat merokok menjadi target besar di negara berpendapatan rendah dan menengah, dia mencatat demikian juga dengan infeksi yang sering terkait dengan kanker.
Seperti dikatakannya, "Kanker hati dari hepatitis, kanker mulut rahim dari HPV [Human Papilloma Virus.] Jadi asal-usul infeksi mewakili persentase lebih besar untuk kanker dalam keadaan tersebut."
Karena berbagai alasan, kata Colditz, riset kanker sangat berfokus pada pengobatan.
"Pada kenyataanya, jika kita dapat mengalihkan sedikit saja penelitian itu untuk pencegahan, kita akan memberi sumbangan besar bagi masyarakat,’’ungkap Colditz.
Tapi bukan hanya tenaga medis yang berperan.
Apa yang kita makan, berapa banyak kita berolahraga, suasana di tempat kerja - ini adalah sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan kita secara umum, dan risiko terkena kanker pada khususnya. Para legislator, kata Colditz, dapat mengatur paparan zat penyebab kanker.
Selanjutnya, Colditz mengungkapkan, "Kita butuh semua anggota masyarakat untuk menerima tanggungjawab dan strategi untuk mempertahankan gaya hidup yang sehat dan menghindari kanker."
Profesor Graham Colditz adalah direktur Siteman Cancer Center di Saint Louis. Makalahnya mengenai upaya meningkatkan pencegahan kanker dimuat dalam jurnal Science Translational Medicine.