Presiden AS Donald Trump, Jumat (24/4) menuliskan cuitannya bahwa Amerika akan membantu menyediakan ventilator untuk Indonesia. Ia menulis, “Baru saja berbicara dengan teman saya, Presiden Indonesia Joko Widodo. Meminta ventilator, yang akan kami sediakan. Kerja sama yang sangat baik di antara kami!”
Sementara itu G-20 meminta “semua negara, organisasi internasional, sektor swasta, lembaga amal, dan individu” agar berkontribusi bagi upaya penggalangan dana untuk memerangi COVID-19, dengan menetapkan sasaran dana 8 miliar dolar.
G-20 meminta “semua negara, organisasi internasional, sektor swasta, lembaga amal, dan individu” agar berkontribusi bagi upaya penggalangan dana untuk memerangi COVID-19, dengan menetapkan sasaran dana 8 miliar dolar.
Forum internasional bagi pemerintah dan gubernur bank sentral 19 negara dan Uni Eropa itu telah menggalang 1,9 miliar dolar pada hari Jumat (24/4). Arab Saudi, yang sedang menjadi pemimpin G-20, menyumbang 500 juta dolar.
BACA JUGA: Kanselir Jerman Peringatkan untuk Tidak Terlalu Cepat Longgarkan Restriksi“Tantangan global menuntut solusi global, dan ini saatnya bagi kita untuk bangkit dan mendukung upaya mendapatkan vaksin dan langkah terapeutik lain untuk memberantas COVID-19,” kata Fahad Almubarak, pakar Saudi untuk G-20. “Kami menghargai upaya-upaya pendanaan yang ada sekarang ini dari seluruh dunia dan menekankan urgensi untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan,” lanjutnya.
Inggris menyatakan telah melakukan uji pertama vaksin virus corona pada manusia di Eropa.
BACA JUGA: COVID-19 Perbaharui Pencarian Panjang Vaksin Virus CoronaDua sukarelawan disuntik vaksin itu hari Kamis (24/3) di kota Oxford, di mana satu tim universitas di sana mengembangkan vaksin dalam waktu kurang dari tiga bulan. Ratusan sukarelawan lain akan disuntik vaksin uji coba itu, dan sukarelawan dalam jumlah yang sama akan mendapat vaksin meningitis agar hasilnya dapat dibandingkan. Para sukarelawan tidak tahu vaksin mana yang mereka terima.
Uji coba itu menawarkan harapan lagi sementara obat antivirus baru ternyata tidak efektif melawan virus corona pada pasien di China. Dalam uji coba secara acak, Remdesivir, obat buatan Gilead Sciences yang berbasis di California, tidak menunjukkan manfaatnya bagi pasien COVID-19, dan gagal mengurangi keberadaan virus itu di dalam aliran darah mereka.
AS melakukan uji coba vaksin pertamanya pada Maret lalu di Seattle, Washington.
BACA JUGA: Uji Coba Vaksin COVID-19 Pertama pada Manusia Dimulai di SeattleKanada, Rusia dan negara-negara lain juga sedang berupaya membuat vaksin. Tetapi para pakar mengatakan meskipun vaksin yang efektif dapat dibuat dalam waktu dekat, produksi dan distribusinya akan perlu waktu lebih lama lagi.
Berbagai penelitian juga telah menunjukkan bahwa obat malaria hidroksiklorokuin tidak efektif dalam mengobati COVID-19, dan justru dapat membahayakan pasien penyakit itu. Presiden Donald Trump memuji-muji obat itu yang disebutnya efektif bagi pasien COVID-19. Hari Kamis (23/4), ia membantah telah mengubah pendapatnya.
“Kita memiliki banyak hasil yang sangat baik, dan kita telah mendapatkan sejumlah hasil yang mungkin tidak begitu bagus. Saya tidak tahu, saya baru membacanya,” kata Trump dalam pengarahan hariannya.
BACA JUGA: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga AS Dukung Aturan “Tinggal di Rumah”Presiden juga mengatakan ia mungkin memperpanjang pedoman social distancing hingga 1 Mei, jika ia tidak merasa negara ini dalam kondisi aman.
Pada Jumat siang (24/4) Trump dijadwalkan menandatangani paket bantuan 484 miliar dolar yang diloloskan DPR pada hari Kamis (23/4). Paket itu telah disetujui Senat awal pekan ini dan akan memastikan bantuan tambahan untuk kredit usaha kecil, membantu rumah-rumah sakit dan memperluas pengujian COVID-19.
Dengan belum adanya pengobatan yang ampuh bagi virus corona, para pejabat kesehatan di seluruh dunia merekomendasikan langkah-langkah perlindungan seperti kebersihan, social distancing serta mengenakan masker wajah dan sarung tangan. Tetapi orang-orang di banyak tempat mulai lelah menghadapi pembatasan, bahkan ketika jumlah kasus terus bertambah.
Beberapa negara Eropa telah mengalami penurunan jumlah kasus baru dan bersiap-siap untuk secara bertahap membuka kembali bisnis dan melonggarkan restriksi.
BACA JUGA: Jerman Ambil Langkah Pertama Kembali ke Kehidupan NormalBeberapa negara bagian di AS menyusun rencana serupa. Gubernur Georgia Brian Kemp mengizinkan sebagian bisnis dibuka kembali hari Jumat (24/4). Politisi dan para pejabat kesehatan masyarakat mendesak Kemp agar mempertimbangkan kembali keputusan itu, tetapi Trump mendukung langkah Kemp.
Namun pada pengarahan mengenai virus corona hari Kamis (23/4), presiden menyatakan ia “tidak senang” dengan Kemp yang telah memberi izin kepada tempat pembuat tato, salon rambut, gym, arena boling dan spa untuk dibuka pada hari Jumat (24/4). Sejumlah pemilik bisnis di Georgia mengatakan terlalu dini untuk buka dan tidak akan membuka bisnis mereka hari Jumat (24/4), meskipun menghadapi kejatuhan finansial.
BACA JUGA: Georgia, South Carolina dan Tennessee Perlunak Kebijakan LockdownAda sedikitnya 2,7 juta kasus virus corona di seluruh dunia dan lebih dari 190 ribu kematian, sebut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center.
Di Inggris, PM Boris Johnson dan Pangeran Charles termasuk yang terjangkit virus itu tetapi kemudian pulih.
Di AS, Senator Elizabeth Warren, Kamis (23/4) melaporkan bahwa kakak sulungnya meninggal akibat penyakit itu pada hari Kamis. Warren adalah mantan peserta dalam persaingan memilih calon presiden partai Demokrat.
Pemerintah Australia meminta negara-negara anggota G-20 untuk mendorong bagi mulai ditutupnya pasar satwa liar, yang dianggap banyak kalangan berisiko kesehatan bagi manusia juga bagi hewan.
BACA JUGA: Bursa Saham di Berbagai Belahan Dunia AnjlokVirus corona telah menimbulkan dampak merusak terhadap perekonomian global, tetapi Dana Moneter Internasional dan organisasi-organisasi lain memperingatkan bahwa negara-negara berkembang yang akan paling terpukul oleh wabah virus ini.
Badan Pangan PBB memproyeksikan sekitar 265 juta orang akan mengalami kelaparan akut tahun ini, dua kali lipat dari angka tahun lalu.
Sekjen PBB Antonio Guterres meminta pemerintah negara-negara agar memastikan layanan kesehatan tersedia bagi semua orang dan agar paket-paket bantuan ekonomi membantu mereka yang paling parah terpukul oleh virus ini. [uh/ab]