Perempuan Bekerja Bahas Ketidaksetaraan Gender
Grace Ocol, 40, operator mesin backhoe, berfoto di Tubay, Agusan del Sur, Filipina (16/2). Ibu tiga anak itu mengatakan, "Ada beberapa pekerja perempuan yang mengemudikan truk besar dan backhoe. Kalau laki-laki bisa, kenapa perempuan tidak? Saya lebih baik dari para laki-laki itu, mereka hanya bisa mengemudikan truk di sini, tapi saya bisa kedunya." (Reuters/Erik De Castro)
Ram, 46, berpose di depan kios bunganya di Bangkok, Thailand (26/2). "Di pasar ini laki-laki melakukan pekerjaan berat, memanggul barang berat, mengangkut ke truk," ujar Ram. (Reuters/Jorge Silva)
Valerie Perron, 53, seorang penambak kerang, berpose di atas kapalnya di Andrnos, Perancis barat daya (17/2). "Tidak boleh dilupakan bahwa perempuan, para ibu, adalah yang membesarkan anak-anak laki-laki. Jadi tergantung kita untuk mengubah mentalitas dengan membesarkan anak sedari kecil dengan semangat kesetaraan dan keseimbangan dengan perempuan. Kita harus mengubah mentalitas dari pendidikan anak usia dini. Anak laki-laki boleh bermain dengan boneka, anak perempuan boleh main mobil-mobilan," ujar Perron. (Reuters/Regis Duvignau)
Merylee, 26, seorang tentara, difoto di Nice, Perancis (23/2). "Keseimbangan (gender) dalam militer sudah ada, seragam lah yang mengambil preseden terhadap gender," ujar Merylee. (Reuters/Eric Gaillard)
Christine Akoth, 38, pelukis logam, difoto di Nairobi, Kenya (27/2). "Saya mengalami bias gender dalam pekerjaan saya, dimana terkadang saya tidak dikontrak hanya karena saya perempuan dan mungkin karena status pernikahan saya. Beberapa kolega perempuan telah diperlakukan tidak adil karena jenis kelamin mereka dan bahkan dieksploitasi," ujar Akoth. (Reuters/Thomas Mukoya)
Tara McCannel, 44, Profesor Madya bidang Optalmologi, bergelar M.D., Ph.D., Direktur Pusat Onkologi Optalmik di UCLA, dan Institut Mata Stein di Fakultas Kedokteran David Geffen di University of California, Los Angeles (UCLA), difoto di Los Angeles, California (27/2). "Perempuan harus memenuhi standar yang lebih tinggi dalam hal pengetahuan, kemampuan, praktik klinis, penampilan," ujar McCannel. "Perempuan tidak bisa hanya menjadi dirinya sendiri atau berpikir: 'Oh saya hanya akan melakukan pekerjaan saya' dan fokus pada pekerjaan. Ada hal-hal lain yang harus dipertimbangkan karena kesetaraan tidak sepenuhnya ada meskipun situasi membaik."(Reuters/Lucy Nicholson)
Chrifa Nimri, 69, seorang nelayan, membereskan jalanya setelah kembali dari mencari ikan di pelabuhan Sidi Bou Said, di Tunis, Tunisia (23/2). "Pada awal karier nelayan saya, seluruh dunia mengatakan perdagangan itu adalah untuk laki-laki, tapi sekarang semua kolega saya menghormati saya dan memanggil saya kapten," ujar Chrifa. (Reuters/Zoubeir Souissi)
Elizabeth Mamani, 36, wartawan di Radio Union, berpose di dalam gedung kongres nasional Bolivia di La Paz (22/2). "Ketika saya mulai bekerja, saya merasakan diskriminasi [dari pejabat yang mengatur akses pers ke acara-acara]. Untuk melawan diskriminasi dalam profesi ini, sebagai perempuan, kita harus berprestasi, harus siap di segala situasi," ujar Mamani. (Reuters/David Mercado)
Ivana, 32, manajer komunitas, di rumahnya tempat ia bekerja di Belgrad, Serbia (21/2). "Anda bisa lihat terutama kesenjangan gender di BUMN, yang merupakan warisan sosialisme. Ada keyakinan standar bahwa perempuan terbaik sebagai sekretaris," ujar Ivana. (Reuters/Marko Djurica)
Ana Maria del Verdun Suarez, 27, seorang polisi, berfoto di pinggiran Montevideo City, Uruguay (23/2). "Lebih banyak perempuan seharusnya bisa bekerja dalam bidang-bidang yang secara tradisional dianggap hanya untuk laki-laki. Saya yakin diskriminasi datang terkadang dari kita semua, dari dalam diri kita. Sudah ada banyak profesi yang tadinya eksklusif untuk laki-laki sekarang dilakukan perempuan," ujar Suarez. (Reuters/Andres Stapff)
Cilene Connolly, 32, tukang pos, berpose di tengah jam kerjanya di sebuah jalan permukiman di Coventry, Inggris (24/2). "Untungnya, saya tidak pernah menghadapi ketidaksetaraan gender dalam peran saya sebagai tukang pos," ujar Connolly. "Saya mendapat respon luar biasa dari para pelanggan sebagai perempuan yang mengirim pos, terutama perempuan yang selalu terkejut namun senang melihat wajah perempuan." (Reuters/Hannah McKay)
Liz Azoulay, 26, yang mengangkut kargo di pelabuhan Ashdod, difoto di pelabuhan di Israel selatan itu (22/2). "Di sebagian besar kehidupan profesional saya, saya tidak menghadapi ketidaksetaraan. Di pelabuhan Ashdod, kami setara di dermaga. Saya perempuan pertama yang mulai bekerja di pelabuhan Ashdod sebagai kuli." (Reuters/Amir Cohen)
Raquel Gomez Delgado, 43, inspektur perikanan laut, difoto di atas kapal pencari ikan di pelabuhan Punta del Moral di Huelva, Spanyol (22/2). "Menurut saya, satu-satunya cara untuk mengakhiri ketidaksetaraan gender adalah melalui pendidikan di sekolah dan contoh-contoh di media," ujar Delgado. (Reuters/Juan Medina)
Samah Abdelaty, 38, penulis dan kepala departemen investigasi di Surat Kabar Al Watan, berfoto di kantor pusat koran itu di Kairo, Mesir (26/2). "Dalam hal kesetaraan gender dalam bidang pekerjaan saya, saya tidak ingat ada diskriminasi terhadap saya," ujar Abdelaty. (Reuters/Amr Abdallah Dalsh)
Julia Argunova, 36, instruktur mendaki gunung, berfoto di ketinggian 3.200 meter di atas permukaan laut di gunung Tien Shan dekat Almaty, Kazakhstan (17/2). "Kekuatan fisik menguntungkan kolega-kolega laki-laki di beberapa situasi dalam rute-rute yang lebih sulit. Namun perempuan lebih berkonsentrasi dan teliti. Secara umum, perempuan lebih baik dalam mengajar. Tugas profesional utama saya adalah untuk mengajarkan pendakian gunung yang aman." (Reuters/Shamil Zhumatov)
Paloma Granero, 38, instruktur terjun payung, berfoto di dalam terowongan angin di arena terjun payung dalam ruangan Windobona di Madrid, Spanyol (24/2). "Laki-laki tidak harus membuktikan diri seperti kami. Kami diuji setiap hari," ujar Granero. "Pekerjaan-pekerjaan sebagai instruktur masih diberikan sebagian besar kepada pria, sementara perempuan kebagian mengurus administrasi." (Reuters/Susana Vera)