Garda Revolusi Iran (IRGC) telah melancarkan serangan rudal terhadap beberapa sasaran “teroris” di Suriah dan wilayah Kurdistan Irak, menurut laporan media pemerintah Iran pada Selasa (16/1).
Kantor berita IRNA mengatakan, Korps Garda Revolusi Islam menghancurkan “markas mata-mata” dan “kumpulan kelompok teroris anti-Iran” di Arbil, ibu kota wilayah otonomi Kurdistan Irak.
Garda tersebut kemudian menyerang “tempat berkumpulnya para komandan dan elemen utama yang terkait dengan operasi teroris baru-baru ini, khususnya kelompok ISIS” di Suriah dengan menggunakan rudal balistik, demikian dilaporkan portal berita IRGC Sepah News.
Laporan itu menambahkan, serangan di Suriah merupakan “respons terhadap kejahatan yang dilakukan kelompok teroris tersebut baru-baru ini, yang membunuh secara tidak adil sekumpulan rekan kami di Kerman dan Rask.”
Pada 3 Januari lalu, pelaku bom bunuh diri menyerang kerumunan orang yang berkumpul di dekat makam jenderal Garda Revolusi Iran yang dihormati, Qasem Soleimani, di kota Kerman di selatan Iran.
Serangan tersebut, yang kemudian diklaim oleh kelompok ISIS sebagai tanggung jawabnya, menewaskan sekitar 90 orang dan menyebabkan puluhan orang terluka.
Kementerian intelijen Iran mengatakan, salah satu pelaku bom bunuh diri adalah warga negara Tajik, sedangkan identitas pelaku lainnya belum ditentukan.
Desember lalu, sedikitnya 11 polisi Iran tewas dalam serangan terhadap sebuah kantor polisi di Rask, di provinsi Sistan-Baluchistan, di tenggara Iran.
Kelompok Jaish al-Adl (Tentara Keadilan) mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut melalui sebuah pernyataan singkat di kanal Telegramnya.
Kelompok pemberontak itu dibentuk pada tahun 2012 dan dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh Iran sebagai kelompok “teroris.”
IRGC juga mengatakan pihaknya telah menyerang sebuah sasaran yang diduga milik Israel, dan mengumumkan sebuah “serangan rudal dan penghancuran markas mata-mata rezim Zionis (Mossad) di wilayah Kurdistan di Iran,” demikian laporan IRNA.
“Markas besar ini menjadi pusat pengembangan operasi spionase dan perencanaan aksi teroris di wilayah tersebut,” lanjut laporan itu.
Pada November 2022, Iran melancarkan serangan rudal dan drone lintas batas terhadap kelompok oposisi Iran-Kurdi yang berbasis di Iran utara, yang dituduh memicu gelombang unjuk rasa di republik Islam itu.
Serangan itu terjadi tepat setelah unjuk rasa atas kematian Mahsa Amini, 22, dimulai. Amini adalah perempuan Kurdi Iran yang ditangkap karena diduga melanggar aturan ketat berpakaian untuk perempuan yang diterapkan di Iran. [rd/rs]