Sebanyak 30.000 personel dari perusahaan tentara bayaran asal Rusia, Wagner Group, menjadi korban sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Gedung Putih, Jumat (17/2) mengatakan bahwa sekitar 9.000 di antaranya tewas dalam pertempuran.
Amerika Serikat (AS) memperkirakan 90 persen tentara kelompok Wagner yang tewas di Ukraina sejak Desember adalah narapidana, kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih (NSC) John Kirby kepada wartawan.
Pengunjung berfoto di luar PMC Wagner Centre, yang merupakan proyek yang dilaksanakan oleh pengusaha dan pendiri kelompok militer swasta Wagner Yevgeny Prigozhin, saat pembukaan resmi blok kantor di Saint Petersburg, Rusia, 4 November 2022. (REUTERS/ Igor Russak)
Separuh dari jumlah kematian itu terjadi sejak pertengahan Desember saat pertempuran di Kota Bakhmut, Ukraina timur meningkat, kata seorang juru bicara NSC, mengutip data intelijen. Kirby menyebut kelompok tentara bayaran telah meraih serangkaian kemenangan di Bakhmut dan sekitarnya selama beberapa hari terakhir. Namun mereka membutuhkan waktu berbulan-bulan dengan "biaya yang luar biasa besar."
"Mungkin saja mereka akhirnya berhasil di Bakhmut, tetapi itu tidak akan berarti bagi mereka karena itu tidak memiliki nilai strategis yang nyata," katanya, seraya menambahkan bahwa pasukan Ukraina akan mempertahankan garis pertahanan di seluruh wilayah Donbas.
Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa Wagner akan terus bergantung kepada narapidana, yang dikirim ke medan perang tanpa pelatihan atau peralatan. Pendiri Wagner Yevgeny Prigozhin baru-baru ini mengatakan dia telah berhenti merekrut tahanan untuk berperang di Ukraina. [ah/ft]