Seorang pejabat tinggi Gedung Putih, Minggu (5/9), berjanji akan menemukan suatu cara untuk mengeluarkan warga Amerika yang masih berada di Afghanistan keluar dari negara itu, jika mereka menginginkannya. Namun seorang anggota Kongres dari Partai Republik mengatakan kelompok militan Taliban memblokir jalan menuju ke bandara Kabul.
Kepala Staf Gedung Putih Ron Klain, dalam program televisi CNN “State of the Union,” mengatakan pejabat-pejabat Amerika yakin “sekitar 100” warga Amerika masih berada di Afghanistan hampir satu minggu setelah militer Amerika menarik mundur sisa pasukan terakhir dari negara itu setelah perang selama hampir dua dekade terhadap kelompok teroris al-Qaeda dan Taliban.
“Kami akan menemukan cara untuk mengeluarkan mereka jika mereka menginginkannya,” tegas Klain, tampaknya ketika penerbangan ke Qatar dipulihkan kembali. Ditambahkannya, Amerika akan terus berupaya membantu warga Afghanistan yang dulu membantu pasukan Amerika untuk keluar dari negara yang kini dikuasai Taliban itu.
Namun anggota Komite Hubungan Luar Negeri DPR dari faksi Republik Michael McCaul mengatakan dalam “Fox News Sunday” bahwa berdasarkan penjelasan intelijen yang diperolehnya, ia yakin “ratusan warga Amerika” ditinggal ketika pesawat-pesawat militer Amerika terakhir meninggalkan Kabul Senin lalu (30/8). Ditambahkannya, sejak saat itu tidak ada satu warga Amerika pun keluar dari Afghanistan. “Taliban telah menyampaikan tuntutam, tidak akan mengijinkan pesawat meninggalkan bandara itu,” ujar McCaul.
Ia mengatakan “Taliban menginginkan sesuatu sebagai imbalan,” yaitu pengakuan penuh Amerika atas kendali terhadap pemerintahan Afghanistan. “Ini bukan Taliban yang baru atau yang lebih baik,” ujar McCaul.
Ia membandingkan dengan sikap kelompok itu pada tahun 2001 ketika Amerika melengserkan mereka dalam invasi menarget kelompok teroris al-Qaeda yang disembunyikan Taliban ketika mereka merencanakan serangan teror 11 September 2001 terhadap Amerika yang menewaskan hampir 3.000 orang.
McCaul mengatakan sebagian penerjemah Afghanistan yang membantu pasukan Amerika selama bertahun-tahun dan berupaya meninggalkan tanah air mereka telah diusir dari bandara Kabul dan dipaksa kembali ke rumah mereka, sementara anggota-anggota keluarga mereka dieksekusi, sebagian bahkan dipenggal kepalanya; sebelum akhirnya mereka sendiri dibunuh.
McCaul tidak menyebut berapa banyak yang telah dibunuh Taliban.
“Saya telah sejak lama mengatakan Presiden Joe Biden bersalah,” ujar McCaul.
Setelah Amerika menarik pasukan terakhir dari Afghanistan pekan lalu, Biden membela keputusan penarikan mundur hampir 98% warga Amerika dari negara itu sebagai sebuah “keberhasilan luar biasa.”
Biden kerap mengatakan ia tidak akan melanjutkan kehadiran Amerika di Afghanistan dalam “perang yang tidak berkesudahan.”
Jajak pendapat nasional menunjukkan warga Amerika mendukung keputusan Biden meninggalkan negara itu, tetapi tidak mendukung kekacauan yang terjadi pada hari-hari terakhir operasi Amerika di sana. Tiga belas tentara Amerika tewas dalam serangan bom bunuh diri di bandara Kabul pada 27 Agustus lalu. Kelompok ISIS Khorasan mengklaim tanggungjawab atas serangan itu. [em/jm]