Gedung Putih Berusaha Cegah Penerbitan Buku yang Lecehkan Trump

Mantan kepala strategi Trump, Steve Bannon (foto: dok).

Untuk hari kedua berturut-turut, jurubicara Gedung Putih harus menjawab banyak pertanyaan wartawan hari Kamis (4/1) tentang sebuah buku yang akan segera diterbitkan, yang menggambarkan tahun pertama yang sangat kacau dalam pemerintahan presiden Donald Trump.

“Kebanyakan orang di Amerika mungkin tidak akan peduli tentang buku yang penuh dusta itu,” kata juru bicara Sarah Sanders. Ia menyebut buku berjudul "Fire and Fury", sepanjang 336 halaman, tulisan Michael Wolff sebagai “sampah” dan sesuatu yang hendak dijual oleh “seorang pegawai yang dipecat.”

Pegawai yang dipecat itu adalah Steve Bannon, yang memimpin kampanye pemilu Trump menjelang pemilu tahun 2016. Ia juga adalah kepala strategi Gedung Putih dalam tujuh bulan pertama pemerintahan Trump.

Seorang pengacara Presiden Trump hari Kamis berusaha mencegah penerbitan buku itu karena katanya berisi banyak hal yang melecehkan dan mendiskreditkan.

Screenshot sampul buku "Fire and Fury" (foto: ilustrasi).

Pengacara Charles Harder menuntut penulis Wolff dan penerbitnya supaya menghentikan penjualan buku itu, yang semula dijadwalkan akan dimulai hari Selasa depan. Tapi Wolff mengatakan hari Kamis (4/1), buku itu akan mulai dijual di toko-toko buku hari Jumat ini, empat hari lebih awal dari rencana.

Charles Harder mengatakan, ia dan timnya sedang menyelidiki “berbagai pernyataan yang palsu dan tidak berdasar” yang ditujukan pada Trump dalam buku itu. Penulis Wolff mengatakan bukunya berdasarkan 200 wawancara yang diadakannya selama kampanye pemilihan Trump dan setelah Trump masuk ke Gedung Putih setahun yang lalu.

Kemarin Harder juga mengirim surat kepada Bannon supaya berhenti membuat berbagai pernyataan yang merusak nama baik Trump dan keluarganya.

Bagian paling kontroversial dalam buku "Fire and Fury" itu adalah pernyataan Bannon bahwa putra tertua Trump, menantunya Jared Kushner, dan bekas manager kampanyenya Paul Manafort telah melakukan “pengkhianatan” dan “tidak patriotik” karena mengadakan pertemuan dengan beberapa pejabat Rusia dalam masa kampanye pilpres AS tahun lalu.

Putra Trump itu mengatakan ingin bertemu dengan orang-orang Rusia tadi karena janji akan diberi bahan-bahan yang akan merugikan kampanye saingan Trump, Hillary Clinton.

Beberapa jam setelah kutipan dari buku itu muncul, Trump mengatakan hari Rabu, “Steve Bannon tidak ada hubungannya dengan saya atau kepresidenan saya. Ketika dipecat, ia (Bannon) tidak hanya kehilangan pekerjaannya, tapi ia juga kehilangan ingatannya.” [ii]