Gedung Putih Kecam Bannon, Mantan Kepala Strategi Trump

Steve Bannon, mantan Kepala Strategi Gedung Putih (foto: dok).

Gedung Putih mengeluarkan kecaman pedas atas mantan kepala strategi Donald Trump yang mengatakan bahwa pertemuan putra tertua Trump dengan beberapa orang Rusia ketika berlangsung kampanye pemilihan presiden tahun 2016 sebagai “pengkhianatan” dan “tidak patriotik.”

Presiden Trump “sangat marah dan gusar” setelah membaca komentar-komentar yang dibuat oleh Steve Bannon dalam buku yang baru terbit, kata juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders kepada wartawan hari Rabu (3/1).

Presiden Trump sendiri, juru bicara Gedung Putih dan kepala komunikasi Melania Trump, istri presiden, semuanya mengeluarkan pernyataan sepanjang sore hari Rabu menyerang Bannon.

Steve Bannon menjadi kepala eksekutif kampanye Trump dalam masa tiga bulan menjelang pemilihan presiden tahun 2016. Ia kemudian mendapat jabatan senior di kantor Presiden Trump.

“Steve Bannon tidak melakukan apapun untuk saya atau untuk kantor kepresidenan saya,” kata Trump. “Ketika ia saya pecat (tahun lalu), ia tidak saja kehilangan pekerjaan, tapi ia juga kehilangan akal.”

Kata Trump dalam pernyataannya, Bannon hanya melakukan sesuatu “untuk kepentingan dirinya sendiri”, dan ia menggunakan waktunya di Gedung Putih “untuk membocorkan berita-berita palsu kepada media supaya ia tampak lebih penting.” Presiden Trump sendiri pada masa itu menyatakan perang terhadap media yang dituduhnya sering melancarkan berita bohong.

Dalam buku berjudul "Fire and Fury", Michael Wolff menulis tentang segala sesuatu yang terjadi di Gedung Putih dalam bulan-bulan pertama pemerintahan Presiden Trump. Wolff mengatakan bahwa Bannon menyerang Donald Trump Junior, menantunya Jared Kushner, yang kini menjadi penasihat senior Trump, dan manajer kampanye Paul Manafort, karena mengadakan pertemuan dengan beberapa orang Rusia yang menjanjikan akan memberi bahan-bahan yang merugikan calon presiden Hillary Clinton dari partai Demokrat.

Pertemuan itu diadakan bulan Juni tahun 2016 di Trump Tower di New York, setelah putra Trump itu mengatakan “ia akan sangat senang “kalau bisa mendapat bahan-bahan yang merugikan bagi kampanye Clinton.

Bannon juga mengatakan dalam buku itu bahwa Trump Junior akan “pecah seperti telur” karena mendapat tekanan dalam penyelidikan yang sedang berlangsung tentang campur tangan Russia dalam pemilihan presiden Amerika itu.

Selain memeriksa hubungan tim sukses Trump dengan Rusia, penyidik khusus Robert Mueller juga sedang menyelidiki apakah Trump telah menghalangi penyelidikan demi keadilan dengan memecat kepala FBI James Comey, yang ketika itu sedang menyelidiki kemungkinan keterlibatan Rusia dalam pemilu Amerika. [ii]