Gedung Putih mengutuk serangan mematikan yang dilakukan oleh dua pria bersenjata asal Palestina terhadap sejumlah warga yang tengah menunggu bus di jalan raya utama yang menuju Yerusalem, pada Kamis (30/11). Pihak Gedung Putih mengatakan serangan itu adalah “pengingat yang tegas” siapa musuh yang dihadapi Israel.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, mengatakan serangan itu, yang diakui Hamas bahwa mereka bertanggung jawab atas insiden tersebut, “secara teknis” tidak melanggar ketentuan gencatan senjata yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, yang hanya mencakup Gaza.
Pada Kamis pagi, sejumlah individu bersenjata asal Palestina menembaki orang-orang yang tengah menunggu bus di sepanjang jalan raya utama memasuki Yerusalem, menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai beberapa lainnya, menurut polisi Israel.
Kedua penyerang yang diketahui bersaudara itu tewas. Mereka berasal dari area di Yerusalem timur yang dianeksasi.
Your browser doesn’t support HTML5
Setelah serangan itu, enam anggota keluarga lainnya ditahan, dan Israel memerintahkan rumah mereka untuk dibongkar. Hamas mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, dan menyebutnya sebagai pembalasan atas pembunuhan terhadap perempuan dan anak-anak di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki serta “kejahatan” Israel lainnya.
“Maksud saya, jika ada yang menebak dan bertanya-tanya apakah Hamas masih mempunyai niat membunuh rakyat Israel, lihat saja apa yang terjadi di Yerusalem hari ini,” kata Kirby.
Kirby juga menyatakan harapannya bahwa gencatan senjata yang diperpanjang untuk hari ketujuh pada Kamis akan diperpanjang lagi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendapat tekanan kuat dari keluarga para sandera untuk membebaskan mereka. Namun mitra pemerintahan sayap kanannya juga mendorongnya untuk melanjutkan perang, sampai Hamas hancur dan mengancam akan meninggalkan koalisinya jika Netanyahu dianggap memberikan terlalu banyak konsesi.
Israel mengatakan akan mempertahankan gencatan senjata sampai Hamas berhenti melepaskan tawanan, dan pada saat itu Israel akan melanjutkan operasi militer yang bertujuan untuk melenyapkan kelompok itu. Bahkan ketika pemerintahan Biden mendesak agar Israel bertindak secara lebih selektif jika mereka melakukan serangan. [ps/jm]