Gedung Putih menyatakan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya masih mempertimbangkan bagaimana cara menanggapi kekejaman di Suriah dah bahwa banyak opsi yang tersedia.
Presiden Donald Trump, Rabu (11/4) mengeluarkan cuitan bahwa rudal-rudal “akan datang” sebagai tanggapan atas ancaman Rusia untuk menembak jatuh rudal Amerika di Suriah. Tetapi seorang pejabat Gedung Putih menyatakan presiden Trump belum menetapkan jadwal bagi serangan semacam itu.
Presiden Amerika Donald Trump bereaksi dengan marah melihat foto-foto anak-anak yang sekarat setelah serangan yang diduga menggunakan gas racun terhadap sebuah kawasan di pinggiran Damaskus. Ia menyebut Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai “Gas Killing Animal” atau “Hewan Pembunuh dengan Gas” dan terlibat perang kata-kata dengan Rusia yang membela Assad.
Cuitan presiden Trump, Rabu (11/4) menimbulkan kekhawatiran bahwa pasukan Amerika mungkin akan terlibat dalam konfrontasi militer dengan pasukan Rusia di Suriah.
Gerald Feierstein, mantan duta besar Amerika untuk Yaman, mengatakan bahwa ada lebih banyak kemungkinan terjadi konflik baru di Suriah yang dicabik-cabik perang itu.
Feierstein yang kini bekerja untuk Middle East Institute mengatakan, "Friksi antara Israel dan Iran di dalam Suriah. Potensi Amerika dan Rusia terseret konfrontasi di dalam Suriah karena berbagai perkembangan. Meningkatnya ancaman karena kontrol Iran dan Hizbullah di dalam Suriah. Kemampuan mereka untuk memperluas kubu konfrontasi yang potensial terhadap Israel dan juga terhadap Yordania. Dan tentu saja, friksi antara Turki dan Kurdi, yang juga melibatkan kepentingan-kepentingan Amerika."
Gedung Putih, Rabu (11/4) membantah bahwa Amerika telah memiliki rencana pasti untuk melancarkan serangan rudal di Suriah.
Juru bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders mengemukakan, "Itu tentu saja suatu opsi tetapi bukan berarti satu-satunya pilihan, atau satu-satunya hal yang mungkin atau mungkin tidak akan dilakukan presiden.”
Akan tetapi juru bicara Gedung Putih itu mengukuhkan bahwa Presiden Trump menganggap Rusia bertanggung jawab karena membiarkan kekejaman terjadi di Suriah.
Sanders menjelaskan, "Mereka menjamin bahwa penggunaan senjata kimia di Suriah tidak akan terjadi lagi. Mereka gagal dalam hal itu dan juga membantu Suriah dengan memveto enam resolusi PBB yang berbeda yang telah membantu melindungi Assad.”
Rusia dan Suriah sama-sama membantah bahwa gas terlarang telah digunakan dalam serangan terhadap Douma Sabtu malam.
Menteri Pertahanan Amerika, Jim Mattis, mengatakan Amerika dan sekutu-sekutunya masih mengevaluasi bukti-bukti, tetapi ia mengatakan militer Amerika siap untuk bertindak. "Kami siap memberikan opsi-opsi militer jika memang itu patut, sebagaimana yang ditetapkan presiden.”
Your browser doesn’t support HTML5
Fyodor Lukyanov, analis politik Rusia mengatakan Moskow sudah pasti akan menanggapi serangan militer Amerika terhadap target pemerintah Suriah. Ia mengatakan, "Keputusan tegas presiden Amerika untuk memerintahkan serangan di Suriah, kemungkinan besar akan, dianggap Rusia sebagai tindak permusuhan yang ekstrem."
Setahun silam, Trump memerintahkan serangan Amerika terhadap sebuah pangkalan udara Suriah, dari mana pemerintah Suriah dituduh melancarkan serangan kimia yang menewaskan puluhan warga sipil di sebuah kota di bagian Barat laut Suriah. Para analis menyatakan sejak itu situasi di Suriah semakin tegang dan semakin pelik. [uh/ab]