Dalam percakapan telepon pada Selasa (10/02), Presiden Biden dan Presiden China Xi Jinping membahas sejumlah topik tingkat tinggi. Biden mengulangi permintaannya kepada China agar tidak memanfaatkan alat-alat disinformasi di dunia maya untuk mencampuri pemilihan presiden AS. Kedua pemimpin juga membahas Taiwan, pulau yang diklaim oleh China, ketika negara pulau itu bersiap-siap untuk melantik pemimpin baru bulan depan.
Gedung Putih menggambarkan pembicaraan telepon Selasa itu, antara Presiden Biden dan Presiden Xi Jinping, sebagai terbuka dan konstruktif. Ini merupakan kelanjutan dari pertemuan langsung mereka tahun lalu.
Kali ini keduanya meliput sejumlah topik yang sebelumnya telah dibahas pada November, termasuk usaha kontra narkotika, komunikasi militer, dan ancaman yang berpotensi timbul dari AI atau kecerdasan buatan.
John Kirby, juru bicara untuk urusan keamanan nasional Gedung Putih menjelaskan, “Kami berpendapat bahwa tidak ada pengganti yang lebih baik dari komunikasi secara teratur di antara para pemimpin negara guna mengelola secara efektif hubungan bilateral yang kompleks dan acapkali disertai ketegangan ini. Kedua pemimpin sepakat untuk berbicara lewat telepon kalau diperlukan.”
Xi dalam sebuah pernyataan mengatakan, kedua pemimpin “merasa pembicaraan telepon ini berlangsung secara terbuka dan konstruktif.” Tetapi Xi juga menekankan bahwa perbedaan pendapat tetap ada, khususnya seputar status Taiwan yang diklaim oleh China.
Presiden Xi mengatakan, “Hubungan China-AS mulai stabil dan ini disambut baik oleh kedua masyarakat dan juga masyarakat internasional. Di lain pihak, faktor-faktor negatif dari hubungan ini semakin besar dan ini membutuhkan perhatian dari kedua pihak."
Gedung Putih mengatakan, Biden mempertegas keprihatinan sebelumnya tentang campur tangan China dalam pemilihan AS mendatang.
“Saya katakan bahwa kami secara konsisten mempunyai sikap yang jelas, bahkan sejak pertemuan November di California, keprihatinan kami atas keamanan pemilu kita dan usaha oleh aktor-aktor tertentu, termasuk yang berasal dari RRT,” kata John Kirby.
Bulan lalu parlemen Inggris telah meloloskan pemberlakuan sanksi terhadap peretasan yang dilakukan Beijing terhadap Komisi Elektoral dan parlemen Inggris.
Pejabat intelijen AS juga memperingatkan para anggota Kongres bahwa peretas China bersiap-siap “mengacaukan dan menyebabkan kerugian yang nyata” terhadap AS.
Pemerintah China bulan lalu memeragakan bagaimana pihaknya menggunakan alat digital untuk meningkatkan, bukan menghambat demokrasi.
Tetapi analis menunjuk ke kampanye mempengaruhi yang disponsori China dan dikenal sebagai “Spamouflage” yang melakukan hal sebaliknya. Mereka menganjurkan Biden agar menegur China.
Max Lesser adalah analis senior di Foundation for Defence of Democracies. Dia mengatakan, “Perlu ada komunikasi yang sangat jelas dan konsisten tentang campur tangan dalam pemilihan. Dan saya tidak hanya mengacu pada peretasan sistem pemungutan suara, yang sudah merupakan salah satu bentuk campur tangan pemilu yang paling sembrono. Tetapi juga usaha yang melibatkan manipulasi opini publik lewat tipuan, atau berusaha mencegah orang memberikan suara, yang sudah kita alami dari operasi-operasi yang terkait dengan China pada masa lalu.”
Gedung Putih tidak menjelaskan kapan kedua pemimpin itu akan berbicara lagi, tetapi Xi dalam pernyataannya mengatakan, dia menyambut baik lawatan Menteri Keuangan AS Janet Yellen ke China minggu ini. [jm/ka]