Gedung Putih menguraikan detail respons multilateral untuk melindungi kapal-kapal yang transit di Laut Merah dan diserang drone dan rudal balistik dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi.
Seriusnya serangan-serangan itu, beberapa di antaranya merusak kapal, memaksa beberapa perusahaan pelayaran memerintahkan kapal mereka tetap di tempat dan tidak memasuki Selat Bab el-Mandeb sampai situasi keamanan dapat diatasi.
"Serangan-serangan ini harus dihentikan," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby. "Ini tidak dapat diterima. Amerika Serikat, sekutu dan mitra kami, akan melakukan apa yang harus kami lakukan untuk merespons ancaman ini dan melindungi kapal-kapal ini," katanya.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin membuat pengumuman serupa beberapa jam sebelumnya di Bahrain. Inggris, Bahrain, Kanada, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol telah bergabung dalam misi keamanan maritim baru, kata Austin. Beberapa dari negara-negara itu akan melakukan patroli bersama, sementara lainnya memberikan dukungan intelijen di bagian selatan Laut Merah dan Teluk Aden.
BACA JUGA: Militer AS di Timur Tengah Sering Diserang Sejak Meletusnya Perang Israel-HamasChina tidak ikut walaupun memiliki kapal perang di wilayah itu. Tetapi kapal-kapal tersebut belum menanggapi permintaan bantuan dari kapal komersial sebelumnya, meskipun beberapa kapal yang diserang memiliki hubungan dengan Hong Kong, kata pejabat militer tersebut.
Beberapa negara lain juga setuju untuk terlibat operasi tersebut tetapi memilih untuk tidak disebut namanya secara terbuka, kata seorang pejabat pertahanan yang tidak mau disebut namanya ketika membahas rincian tambahan dari misi baru tersebut yang belum diumumkan secara publik.
Sekitar 400 kapal komersial transit di Laut Merah bagian selatan, wilayah yang kira-kira seluas Washington D.C. hingga Boston, pada waktu tertentu, kata seorang pejabat senior militer kepada wartawan yang melakukan perjalanan bersama Austin di wilayah tersebut. Berdasarkan misi baru tersebut, kapal-kapal militer tidak harus mengawal kapal tertentu, namun akan diposisikan untuk memberi perlindungan menyeluruh kepada sebanyak mungkin kapal pada waktu tertentu, kata pejabat yang tak mau disebut namanya.
Mohammed Abdel-Salam, kepala perunding dan juru bicara Houthi, menantang koalisi bentukan Amerika Serikut tersebut pada Selasa. Ia mengatakan bahwa pemberontak yang didukung Iran akan terus menarget kapal-kapal yang terkait Israel di lepas pantai Yaman.
Dalam empat minggu ini, militan Houthi telah menyerang atau menyita kapal komersial sebanyak 12 kali dan masih menyandera 25 awak MV Galaxy Leader di Yaman, kata Austin dalam sambutannya pada Selasa dalam pertemuan tingkat menteri mengenai misi baru maritim itu. Amerika Serikat masih aktif mencari negara-negara anggota untuk bergabung dalam misi tersebut, dan meningkatkan jumlah angkatan laut yang hadir dan berpartisipasi.
BACA JUGA: Militer India Intai Kapal Kargo yang Dibajak Perompak Somalia di Laut ArabMisi baru keamanan maritim ini akan dikoordinasikan Satuan Tugas Gabungan 153 yang sudah ada, yang dibentuk pada April 2022 untuk meningkatkan keamanan maritim di Laut Merah, Bab el-Mandeb, dan Teluk Aden. Meskipun gugus tugas tersebut pada dasarnya menyediakan struktur markas besar hingga saat ini, tujuan misi baru ini adalah menyediakan kapal dan aset-aset lainnya untuk melaksanakan perlindungan. Terdapat 39 negara anggota Satgas 153, namun para pejabat masih berupaya menentukan negara mana yang akan berpartisipasi dalam upaya terbaru ini.
Secara terpisah, Amerika Serikat juga meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan terhadap serangan tersebut.
Hingga saat ini, AS belum menyerang balik kelompok Houthi yang didukung Iran yang beroperasi di Yaman atau menarget senjata atau situs militan lainnya. Pada Senin (18/12), Austin tidak menjawab pertanyaan mengapa Pentagon tidak melakukan serangan balasan. [ka/lt]