Pada tahun 2015 dan 2016 belahan bumi bagian selatan dihantam oleh gelombang panas terus-menerus akibat dari pola cuaca yang menyebabkan terjadinya badai El Nino.
Satu-dua pukulan cuaca yang memanas itu menyebabkan kerusakan signifikan pada sejumlah ekosistem terumbu karang yang rawan di Samudera Hindia. Leo Barret dari Marine Conservation Society Seychelles memaparkan, “Kita kehilangan hingga 50 persen dari seluruh terumbu karang yang ada, tiga tahun lalu tepatnya pada tahun 2016. Hal ini terjadi terutama pada terumbu yang bercabang, dalam hal ini disebut acropora, misalnya.”
Sejumlah karang berbentuk Acropora itu merupakan bangunan dasar yang penting bagi terumbu karang.
Gelombang panas bahkan terjadi tanpa perubahan iklim, akan tetapi terumbu karang biasanya butuh waktu bertahun-tahun untuk pulih.
Namun Catherine Head dari Zoological Society of London menjelaskan bahwa dengan adanya realitas baru perubahan iklim, gelombang panas datang lebih sering dan lebih menyengat. "Jadi, ketika gelombang panas itu terjadi lebih sering seperti yang diperkirakan, maka terumbu-terumbu karang tidak akan punya kesempatan untuk pulih,” jelasnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Catherine menjadi bagian dari tim peneliti yang baru-baru ini di Samudra Hindia mengukur kerusakan akibat beberapa gelombang panas berturut-turut.
"Karang staghorn, misalnya yang lebih dikenal sebagai sejenis rumput liar akan terkena dampak sangat parah. Jadi 86 persen karang Staghorn sebenarnya dipengaruhi oleh gelombang panas tersebut, sedangkan sebagian karang lainnya yang lebih kuat kurang terpengaruh,” kata Cahterine.
Yang mengkhawatirkan adalah bahwa hilangnya karang-karang itu berarti kehilangan keanekaragaman di lautan secara signifikan. Catherine menambahkan lebih lanjut, "Jadi jenis ikan dan beragam invertebrata atau hewan tak bertulang belakang yang hidup di karang laut akan berkurang dan demikian juga kemungkinan kompleksitas struktural terumbu karang. Jadi, sejumlah karang berkontribusi lebih banyak pada struktur kalsium karbonat daripada yang lain. Dan itulah yang menyebabkan struktur integral yang sangat kompleks dan sangat menarik,” imbuhnya.
Meskipun sejumlah upaya dilakukan guna menghidupkan kembali terumbu yang sekarat, namun karang-karang itu perlahan-lahan menghilang. Saat ini, para ilmuwan mengemukakan dunia tidak melakukan apa yang diperlukan untuk mencegah kenaikan suhu laut yang dahsyat. [mg/lt]