Seorang pejabat senior PBB mengatakan, pada Senin (8/8), bahwa gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan kelompok militan Palestina Jihad Islam masih tetap berlangsung dan kini memasuki hari kedua.
“Saya ingin membuat dewan menyadari hal-hal berikut: gencatan senjata itu rapuh,” kata utusan PBB untuk misis perdamaian di Timur Tengah, Tor Wennesland, kepada anggota Dewan Keamanan dari Yerusalem. “Setiap dimulainya kembali permusuhan hanya akan membawa konsekuensi yang menghancurkan bagi Palestina dan Israel dan membuat kemajuan politik apa pun pada isu-isu kunci sulit untuk dicapai.”
Dewan Keamanan menggelar sidang pada Senin dalam sesi darurat atas permintaan China, Prancis, Irlandia, Norwegia dan Uni Emirat Arab untuk membahas kekerasan intensif yang meletus pada Jumat (5/8) lalu ketika Israel melakukan serangan terhadap posisi Jihad Islam di Jalur Gaza.
Para militan menanggapi serangan itu dengan menembakkan lebih dari seribu roket ke wilayah Israel.
Wennesland menyebutkan data korban awal menunjukkan bahwa 46 warga Palestina telah tewas, termasuk 15 anak dan empat wanita. Sementara 360 orang lainnya terluka. Di pihak Israel, 70 orang terluka. Banyak rumah mengalami kerusakan, dan sebagian besar hancur.
Utusan itu menyambut baik gencatan senjata yang mulai berlaku sejak Minggu (7/8) malam. Gencatan senjata itu dicapai melalui mediasi Mesir dan PBB, dengan bantuan dari Qatar, Amerika Serikat, Yordania dan Otoritas Palestina, untuk meredakan situasi.
“Bersama-sama, upaya ini membantu mencegah pecahnya perang skala penuh dan memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan kepada orang-orang Gaza mulai hari ini,” kata Wennesland.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyambut baik pengumuman gencatan senjata pada Minggu dan meminta semua pihak untuk mematuhi perjanjian tersebut. [lt/ka]