Generasi Milenial AS Ingin Peran Lebih Besar dalam Pemilu 2024 

Para mahasiswa membagikan literatur untuk mendidik pemilih muda di Florida Atlantic University, di Boca Raton, Florida, 11 April 2024.

Kandidat wakil presiden dari Partai Republik JD Vance adalah orang pertama dari generasi milenial yang mencalonkan diri sebagai pasangan calon presiden dari partai besar di Amerika. Wartawan VOA Elizabeth Cherneff mengamati bagaimana sebagian pemilih milenial melihat pemilu November mendatang.

“Merupakan kehormatan besar bagi saya untuk memperkenalkan suami saya, dan wakil presiden Amerika Serikat berikutnya, JD Vance,” kata Usha Vance.

JD Vance akan menjadi salah satu wakil presiden AS termuda jika ia memenangkan pemilihan bersama Donald Trump pada bulan November.

Vance dan istrinya, Usha, adalah bagian dari generasi milenial - kelompok demografis yang menurut Pew Research Center terdiri dari orang-orang yang lahir antara tahun 1981 sampai 1996.

Generasi milenial di AS menghadapi tantangan ekonomi, termasuk utang pinjaman mahasiswa yang tinggi dan biaya perumahan. Mereka dikenal cepat beradaptasi dengan teknologi dan dibentuk oleh serangan teror 11 September 2001, yang menurut Vance telah mengubah hidupnya.

Usha Chilukuri Vance dan Cawapres Partai Republik, Senator J.D. Vance (foto: dok).

"Setelah peristiwa 9/11, saya melakukan apa yang dilakukan oleh ribuan pemuda seusia saya pada saat itu, yaitu meningkatkan rasa patriotisme dan kecintaan terhadap negara. Saya mendaftar di AL Amerika Serikat," kata Vance.

Milenial dari Texas, Sarah Gardner mengatakan bahwa Partai Republik siap untuk mendukung Vance.

"Kita punya banyak politisi yang jauh lebih tua di Washington, dan beberapa di antaranya sudah menjabat terlalu lama, jadi sangat menyenangkan memiliki seseorang dengan ide-ide baru yang dapat membawa perspektif baru dan benar-benar mewakili para pemilih yang lebih muda," tukas Gardner.

Dengan Kamala Harris yang kini menjadi calon presiden dari Partai Demokrat, jajak pendapat publik menunjukkan lonjakan dukungan untuknya di kalangan pemilih muda.

Harris merekam video untuk koalisi kelompok-kelompok yang dipimpin kaum muda yang mendukungnya.

"Dalam pemilu kali ini, kita tahu bahwa pemilih muda akan menjadi kunci, dan kita tahu bahwa suara kita tidak bisa dianggap remeh. Itu harus diperjuangkan. Dan itulah yang akan kita lakukan," tandasnya.

Di California, milenial David Meraz mengatakan bahwa Harris adalah pilihan terbaik bagi para pemilih muda.

"Saya kira saat ini, untuk sebuah persaingan yang ketat, ia adalah wajah baru. Saya kira ia punya kualifikasi untuk mengambil peran itu, dan dia bisa mengalahkan Trump."

Para pendukung Kamala Harris dalam kampanye di Ambler, Pennsylvania, AS, 29 Juli 2024.

Jika digabungkan, pemilih milenial dan mereka yang berasal dari Generasi Z yang lebih muda akan menjadi blok pemilih yang kuat, kata DeNora Getachew, CEO DoSomething.org, sebuah kelompok yang mendorong kaum muda untuk ikut serta dalam aktivisme dan pelayanan.

"Jika mereka memberikan suara pada tingkat yang sama seperti yang mereka lakukan pada tahun 2020, mereka akan mencapai 37% dari jumlah pemilih. Ya. Jadi ada langkah pertama:Mendaftar untuk memilih. Langkah kedua: Datang untuk memilih atau 'datang ke TPS."

Meskipun pemilih milenial secara politis beragam, mereka umumnya setuju akan perlunya perubahan.

"Kita menyaksikan kehancuran Amerika. Dan itu karena orang-orang yang terpilih tidak sesuai dengan usia kita. Generasi berikutnya adalah mereka yang berusia 20-an, 30-an, dan 40-an. Mengapa kita memiliki orang-orang berusia 50-an, 60-an, 70-an, 80-an yang mewakili kita?," ujar Ashrqat Saleh.

Tujuh puluh persen pemilih milenial mengatakan bahwa inflasi dan biaya hidup merupakan masalah utama dalam pemilu, menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh U.S. News & World Report. Masalah ekonomi tersebut berada jauh di atas hak-hak reproduksi, kekerasan senjata api, dan perubahan iklim. [my/jm]