Gerakan Pro-Demokrasi Hong Kong Bertekad Tidak Mundur

Demonstran Occupy Central mengkonfrontasi polisi di Hong Kong (31/8).

Gerakan "Occupy Central with Love and Peace" berkeras mengatakan bahwa penduduk Hong Kong tidak akan menerima kegagalan dalam perjalanan kami menuju demokrasi.

Gerakan protes pro-demokrasi Hong Kong bertekad untuk tidak mundur dari perjuangannya menuntut pemilu bebas, sehari setelah tampaknya mengaku kekalahan kepada Beijing.

Dalam pernyataan Selasa malam (2/9), gerakan "Occupy Central with Love and Peace" berkeras mengatakan bahwa penduduk Hong Kong tidak akan menerima kegagalan dalam perjalanan kami menuju demokrasi.

Kelompok itu telah berbulan-bulan mengancam akan menutup distrik keuangan pusat Hong Kong kalau China tidak memberikan hak memilih calon dalam pemilu 2017 untuk memilih kepala daerah.

Tetapi setelah parlemen yang tunduk pada pemerintah China pada Minggu meluluskan rancangan undang-undang yang pada dasarnya mengharuskan semua calon disetujui oleh Beijing, para pemimpin Occupy memberi kesan mereka mengalah.

Salah seorang pendiri Occupy Chan Kin-man mengatakan kepada media Selasa bahwa Beijing tidak akan mungkin berubah pikiran oleh demontrasi protes yang berkepanjangan. Ia mengatakan kelompok itu sudah hampir gagal dan dukungan umum menurun.

Ucapan itu dipandang oleh banyak kalangan sebagai pengakuan kalah. Pada Rabu, halaman depan South China Morning Post menanya: ”Apakah ini Selamat Tinggal kepada Occupy Central?”

Dalam menanggapi keprihatinan itu, Occupy mengatakan dalam pernyataan terbarunya bahwa “tidak benar bahwa kami mengatakan memperoleh lebih sedikit dukungan dari masyarakat setelah Beijing mengambil keputusan itu.”

Pernyataan itu mengatakan para pendukung baru telah bergabung karena mereka marah atas keputusan Beijing itu.