Partai-partai pro-kemerdekaan yang kebanyakan mengkampanyekan program anti-penghematan memenangkan pemilu di seluruh Eropa.
Skotlandia sudah memiliki parlemen sendiri di Edinburgh dan sebagian otonomi dari London; sekarang Partai Nasional Skotlandia (SNP) yang berkuasa ingin melepaskan diri sama sekali dari Kerajaan Inggris.
Menteri Utama Alex Salmond telah memastikan referendum mengenai masa depan Skotlandia – akan diadakan tahun 2014. Dalam konferensi pers, ia mengatakan Skotlandia bisa menjadi bangsa yang makmur.
“Saya yakin kita akan memenangkannya dengan menetapkan visi positif bagi masa depan yang lebih baik bagi negara kita, baik secara ekonomis maupun sosial,” tegasnya.
Salmond mengatakan Skotlandia yang merdeka akan tergantung pada ekonomi energi – menjadi “Saudi Arabia dengan energi yang terbarukan.”
Namun, David Maddox, koresponden surat kabar Scotsman di London, mengatakan, pernyataan itu bisa diperdebatkan.
“Masalah dengan minyak dan gas Laut Utara adalah hasil pajak tidak pasti. Jadi, kita tidak benar-benar bisa mengatakan masa depan pendapatan kita tergantung pada itu, dan juga cadangan minyak dan gas itu mungkin hanya tinggal 30 tahun,” kilahnya.
Referendum itu akan diadakan pada peringatan ke-700 Perang Bannockburn, ketika pasukan Skotlandia mengalahkan tentara Inggris. Namun, jajak pendapat menunjukkan hanya 30 persen warga Skotlandia mendukung kemerdekaan.
“Alasan yang digunakan SNP adalah menjadikan Skotlandia negara merdeka di dalam Uni Eropa. Pandangan mereka adalah mereka pada akhirnya akan bergabung dalam zona euro. Sekarang, dengan apa yang terjadi pada euro, tidak ada negara yang sama sekali mau bergabung dalam euro,” kilahnya lagi.
Refrendum Skotlandia itu juga membantu menggairahkan gerakan kemerdekaan di mana-mana. Menyangkut kawasan Catalonia di Spanyol, Madrid telah menghalangi referendum di sana – namun, lebih dari separuh warga Catalonia mengatakan ingin melepaskan diri dari Spanyol.
Di Belgia, kelompok separatis Aliansi Flemish Baru menang dalam pemilu lokal bulan ini. Para pemilih mengatakan masalahnya adalah ekonomi.
François Verswijvel, warga Flemish di kota Antwerpen, mengatakan, Menurut pendapatnya, warga Belgia tidak bisa lagi hidup berdampingan dengan penduduk bagian selatan Belgia yang berbahasa Prancis, yang katanya memberatkan keuangan negara.
James Ker-Lindsay dari London School of Economics mengatakan, dalam banyak kasus, krisis ekonomi memicu keluhan-keluhan dan gerakan-gerakan kemerdekaan yang telah lama ada.
Ker-Lindsay khawatir gelombang separatisme bisa mencapai kawasan-kawasan yang bergolak seperti negara-negara Balkan.
Ia mengatakan, “Apa yang terjadi jika orang kemudian mulai bicara tentang Republik Srpska di Bosnia, contohnya, Kosovo Utara, masalah di Macedonia? Ini adalah wilayah di mana ada banyak kekhawatiran tentang separatisme.”
Partai-partai pro-kemerdekaan di seluruh Eropa akan mencermati referendum Skotlandia untuk mengetahui apakah ini akan melahirkan negara terbaru Eropa.
Menteri Utama Alex Salmond telah memastikan referendum mengenai masa depan Skotlandia – akan diadakan tahun 2014. Dalam konferensi pers, ia mengatakan Skotlandia bisa menjadi bangsa yang makmur.
“Saya yakin kita akan memenangkannya dengan menetapkan visi positif bagi masa depan yang lebih baik bagi negara kita, baik secara ekonomis maupun sosial,” tegasnya.
Salmond mengatakan Skotlandia yang merdeka akan tergantung pada ekonomi energi – menjadi “Saudi Arabia dengan energi yang terbarukan.”
Namun, David Maddox, koresponden surat kabar Scotsman di London, mengatakan, pernyataan itu bisa diperdebatkan.
“Masalah dengan minyak dan gas Laut Utara adalah hasil pajak tidak pasti. Jadi, kita tidak benar-benar bisa mengatakan masa depan pendapatan kita tergantung pada itu, dan juga cadangan minyak dan gas itu mungkin hanya tinggal 30 tahun,” kilahnya.
Referendum itu akan diadakan pada peringatan ke-700 Perang Bannockburn, ketika pasukan Skotlandia mengalahkan tentara Inggris. Namun, jajak pendapat menunjukkan hanya 30 persen warga Skotlandia mendukung kemerdekaan.
“Alasan yang digunakan SNP adalah menjadikan Skotlandia negara merdeka di dalam Uni Eropa. Pandangan mereka adalah mereka pada akhirnya akan bergabung dalam zona euro. Sekarang, dengan apa yang terjadi pada euro, tidak ada negara yang sama sekali mau bergabung dalam euro,” kilahnya lagi.
Refrendum Skotlandia itu juga membantu menggairahkan gerakan kemerdekaan di mana-mana. Menyangkut kawasan Catalonia di Spanyol, Madrid telah menghalangi referendum di sana – namun, lebih dari separuh warga Catalonia mengatakan ingin melepaskan diri dari Spanyol.
Di Belgia, kelompok separatis Aliansi Flemish Baru menang dalam pemilu lokal bulan ini. Para pemilih mengatakan masalahnya adalah ekonomi.
François Verswijvel, warga Flemish di kota Antwerpen, mengatakan, Menurut pendapatnya, warga Belgia tidak bisa lagi hidup berdampingan dengan penduduk bagian selatan Belgia yang berbahasa Prancis, yang katanya memberatkan keuangan negara.
James Ker-Lindsay dari London School of Economics mengatakan, dalam banyak kasus, krisis ekonomi memicu keluhan-keluhan dan gerakan-gerakan kemerdekaan yang telah lama ada.
Ker-Lindsay khawatir gelombang separatisme bisa mencapai kawasan-kawasan yang bergolak seperti negara-negara Balkan.
Ia mengatakan, “Apa yang terjadi jika orang kemudian mulai bicara tentang Republik Srpska di Bosnia, contohnya, Kosovo Utara, masalah di Macedonia? Ini adalah wilayah di mana ada banyak kekhawatiran tentang separatisme.”
Partai-partai pro-kemerdekaan di seluruh Eropa akan mencermati referendum Skotlandia untuk mengetahui apakah ini akan melahirkan negara terbaru Eropa.