Pedoman baru yang disetujui Vatikan menyatakan bahwa pria homoseksual boleh mengikuti pelatihan menjadi biarawan Katolik di Italia, tetapi tidak boleh mendukung "budaya gay."
Pedoman Konferensi Uskup Italia, yang diunggah pada Kamis (9/1), menekankan perlunya praktik selibat dan membuka pintu bagi pria gay untuk menghadiri seminari atau sekolah teologi yang melatih biarawan.
Namun, pedoman tersebut disertai peringatan bahwa individu yang memamerkan homoseksualitas harus dilarang.
Salah satu bagian dalam pedoman setebal 68 halaman itu secara khusus ditujukan kepada "individu dengan kecenderungan homoseksual yang memasuki seminari, atau yang menghadapi situasi serupa selama pelatihan mereka."
Dokumen tersebut menyatakan, "Gereja, meskipun sangat menghormati individu-individu tersebut, tidak dapat menerima mereka yang mempraktikkan homoseksualitas, memiliki kecenderungan homoseksual yang mendalam, atau mendukung apa yang disebut budaya gay, ke dalam seminari dan Ordo Suci."
BACA JUGA: Paus Minta Maaf Usai Komentar Vulgar tentang Kaum LGBTQ+Pedoman tersebut menjelaskan bahwa gereja harus mempertimbangkan "kecenderungan homoseksual" calon Biarawan dengan memahami konteksnya dalam gambaran keseluruhan kepribadian seorang pemuda, untuk mencapai "keharmonisan secara keseluruhan."
Tujuan dari pelatihan biarawan adalah "kemampuan untuk menerima sebagai anugerah, untuk bebas memilih dan menjalani kesucian dalam selibat".
Konferensi para uskup menyatakan bahwa pedoman baru tersebut telah disetujui oleh Vatikan.
Paus Fransiskus, yang berusia 88 tahun, selama masa kepausannya telah mendorong Gereja Katolik Roma untuk lebih inklusif, termasuk bagi umat Katolik LGBTQ, meskipun doktrin resmi gereja masih menganggap tindakan sesama jenis "pada dasarnya melawan aturan".
Pada 2013, tepat setelah menjabat, Paus Fransiskus dengan terkenal mengatakan, "Jika seseorang gay dan sedang mencari Tuhan serta memiliki niat baik, siapakah saya untuk menghakiminya?"
BACA JUGA: Paus, Pemimpin Gereja Anglican dan Presbyterian Kecam Undang-Undang Anti GayNamun, pada Juni, Paus menggunakan hinaan gay yang vulgar dalam sebuah pertemuan tertutup dengan para uskup Italia, menurut dua surat kabar Italia, yang memicu kontroversi.
Paus juga menyatakan penentangannya terhadap kaum gay yang masuk seminari, dengan mengatakan bahwa sudah terlalu banyak "frociaggine" di sekolah-sekolah -- menggunakan istilah Romawi yang sangat merendahkan dan menyinggung yang diterjemahkan sebagai "homo."
Beberapa pengamat menyambut baik pedoman baru tersebut. Kepala New Ways Ministry, sebuah lembaga Katolik berbasis di Amerika yang mendukung individu LGBTQ, menyebutnya sebagai "langkah maju yang besar".
"Ini mengklarifikasi pernyataan ambigu sebelumnya tentang kandidat seminari gay, yang sering dipandang dengan curiga. Ketidakjelasan ini menyebabkan banyak ketakutan dan diskriminasi di gereja," kata Francis DeBernardo dari New Ways Ministry.
Para pendukung kaum LGBTQ lainnya, biarawan Yesuit Amerika James Martin, mengatakan kepada AFP bahwa ini adalah pertama kalinya dokumen yang disetujui Vatikan menyatakan bahwa penilaian terhadap siapa yang memenuhi syarat untuk bergabung dengan seminari "tidak dapat hanya bergantung pada apakah dia gay atau tidak."
Martin mengatakan dia menafsirkan aturan baru itu berarti bahwa "jika seorang pria gay mampu menjalani kehidupan yang sehat, suci, dan selibat, dia dapat dipertimbangkan." [ah/ft]