Gereja Katedral dan Sejumlah Komunitas Gelar Buka Puasa Bersama

  • Fathiyah Wardah

Gereja Katedral bersama sejumlah komunitas menggelar acara buka puasa bersama, Jumat (1/6). Acara ini dilangsungkan di aula Gereja Katedral. (Fathiyah)

Gereja Katedral bersama sejumlah komunitas masyarakat pada Jumat sore (1/6) menggelar acara buka puasa bersama. Acara ini dilangsungkan di aula Gereja Katedral.

Komunitas yang hadir dalam acara buka puasa istimewa itu antara lain Gus Durian, Komunitas Pustaka Bergerak Indonesia, dan Gerakan Kebaikan Indonesia. Total peserta mencapai lebih dari 50 orang.

Acara buka bersama di Katedral ini digagas oleh Alissa Wahid, putri presiden keempat Abdurrahman Wahid. Alissa mengatakan kegiatan ini digelar untuk mempererat solidaritas antar umat agama, khususnya pasca teror di Surabaya. Kegiatan ini juga dimaksudkan memberi pesan kepada pihak -pihak tertentu yang dianggap ingin memecah umat di Indonesia, bahwa rakyat Indonesia tetap bersatu di tengah goncangan apapun.

Pertengahan bulan lalu tiga serangan bom bunuh diri terjadi ditiga gereja di Surabaya, Jawa Timur. Aksi teror berlanjut ke markas Kepolisian Kota Besar Surabaya dan markas Kepolisian Pekanbaru di Riau.

Menurut Alissa, kegiatan buka bersama di Katedral ini untukmenunjukkan bahwa lebih banyak orang yang bergotong royong bahu membahu membangun negara ketimbang merusak negeri ini.

"Jadi sentimen kebencian yang setahun setengahini terutama sangat kuat ternyata juga sekarang menemukan momentum perlawanannya. Lebih banyakorang yang ingin menjaga Indonesia daripada mereka-mereka yang ingin mempromosikan kebencian antar kelompok," kata Alissa.

Alissa menambahkan sejumlah indikasi menunjukkan sentimen kebencian antara kelompok makin menguat. Ini tampak dalam hasil penelitian yang dilakukan Gus Durian pada akhir 2016. Riset oleh Gus Durian menunjukkan dalam tiga minggu saja bertebaran belasan ribukata kafir dan sesat di Twitter dan Facebook.

Alissa mengakui idenya untuk menggelar buka puasa bersama diKatedral juga sempat mendapat penolakan dan kritik tajam. Katedral dipilih untuk menunjukkan bahwa ajakan untukmelakukan kebencian, hasutan, diskriminasi tidak berhasil karena banyak juga warga muslim yang datang di acara tersebut.

Sebelum berbuka puasa, Kepala Paroki Gereja Katedral Jakarta Romo Hani Rudi Hartoko mengajak serta warga yang hadiruntuk melihat ruang dalam Katedral. Hani juga memberikanpengetahuan terkait sejarah Katedral.

Romo Hani menambahkan adalah gagasan Presiden Soekarno untuk membangun Katedral di seberang Masjid Istiqlal. Hal ini untuk menunjukkan Indonesia hidup dalam harmoni dan persaudaraan. Tamu-tamu kenegaraan kadang kalau sudah mengunjungi Istiqlal juga menyeberang ke Katedral.

Gereja Katedral mengadakan buka puasa bersama (Foto: VOA/Fathiyah)

Romo Hani mengaku senang dengan diadakannya acara buka puasa bersama di Katedral. Dia menilai kegiatan ini bisa kembali mempertegas Indonesia merupakan negara Pancasila yang memiliki keragaman suku dan budaya. Kegiatan ini juga diharapkan bisa meneguhkan umat Kristen atas insiden teror bom terjadi di Surabaya bulan lalu.

"Tempat ini (Katedral) menjadi tempat mereka bertemu, kami juga sungguh membahagiakan memfasilitasi mereka untuk bertemu. Sekali lagi, ini inisiatif dari mereka, kita lalu terlibat. Kenapa tidak? Kalau kita bisa saling bekerja sama, kita bisa saling bantu dalam merajut kebhinnekaan, merajut kesatuan, kenapa tidak?," kata Romo Hani.

Ramo Hani mengatakan memang kita dapat langsung menyimpulkan sentimen kebencian antar kelompok makin menguat di Indonesia, namun dia mengakui gejala kian mengeras.

Romo Hani berharap bangsa Indonesia ke depannya makin saling menguatkan persaudaraan dengan saling menghormati dan menghargai, sehingga bisa bekerja sama untuk kebaikan negara. [fw/em]