Perusahaan perintis ojek online, Gojek, berencana beralih menjadi kendaraan listrik pada tahun 2030. Co-Chief Executive Kevin Aluwi kepada Reuters mengatakan hal itu akan dilakukan melalui kemitraan dengan produsen dan pengaturan sewa yang menguntungkan
Gojek mengumumkan rencananya pada hari Jumat (30/4). Namun, analis memperkirakan biaya kelistrikan di Tanah Air cukup tinggi karena kebutuhan infrastruktur terkait, sementara Indonesia hanya memiliki sekitar 100 stasiun pengisian bahan bakar.
"Target kami adalah bekerja dengan berbagai pemain dalam industri dan pemerintah untuk mengurangi biaya EV (mobil listrik -red) menjadi sekitar 30 persen lebih rendah daripada kendaraan bermesin pembakaran internal," kata Aluwi dalam wawancara.
Dia mengatakan perusahaan sedang dalam pembicaraan untuk mendukung pengembangan industri mobil listrik di Indonesia, termasuk bagaimana membangun infrastruktur seperti pertukaran baterai dan stasiun pengisian.
Gojek, yang juga menawarkan layanan pengiriman makanan dan pembayaran, mengatakan memiliki lebih dari 2 juta pengemudi di Indonesia, Vietnam, Thailand dan Singapura, dan didukung oleh investor ternama termasuk Google Alphabet Inc dan Tencent Holdings Ltd.
BACA JUGA: Produsen Skuter Listrik China Niu Jajaki Kerja Sama dengan GojekAluwi, yang ikut mendirikan Gojek pada 2011, mengatakan perusahaan tersebut memiliki program percontohan mobil listrik dengan menggandeng Pertamina, PLN pembuat skuter Gesits, Viar, NIU Technologies dan Honda Motor Co Ltd, Toyota Motor Corp dan Mitsubishi Motors Corp.
Menurut Alwi, kekhawatiran utama bagi pengemudi adalah tentang peralihan kendaraan listrik yang terkait daya dan infrastruktur serta biaya. Untuk membantu pembiayaan, Gojek sedang menjajaki pengaturan leasing, yang berpotensi melalui unit layanan keuangannya.
“Kami tahu bahwa pembangunan ekosistem kendaraan listrik ini mulai dari bahan mentah hingga produksi baterai hingga produksi kendaraan adalah sesuatu yang oleh banyak pihak di pemerintahan dipandang sebagai bagian besar dari masa depan di Indonesia,” kata Aluwi.
Indonesia, negara terpadat keempat di dunia ini telah sekian lama bergulat dengan polusi udara di sejumlah kota, sedangkan Ibu Kota Jakarta yang macet secara konsisten berada di antara kota yang paling tercemar. [ah]