Google Maps meluncurkan fitur menyelam virtual untuk membangkitkan kesadaran akan perlindungan terhadap terumbu karang.
Google telah meluncurkan jasa pemetaan daring yang memungkinkan pengguna untuk menyelam secara virtual untuk menjelajah terumbu karang di dasar laut yang sedang disurvei oleh para ilmuwan.
Foto-foto panorama bawah laut ditambahkan ke Google Maps lewat bantuan ekspedisi ilmiah Survei Laut Catlin, dengan harapan bahwa foto bawah laut dengan jarak dekat akan menginspirasi orang-orang untuk melindunginya.
“Ini adalah dekade yang kritis untuk terumbu karang,” ujar direktur proyek Catlin Richard Vevers pada AFP Rabu (26/9) saat memperlihatkan proyek pemetaan terumbu karang Google.
"Kita perlu mendokumentasikan mereka secepat yang kita bisa dan melibatkan banyak orang untuk menghentikan kerusakan, yang saat ini tingkatnya sangat mengkhawatirkan.”
Sebuah tim kecil yang terdiri dari penyelam Catlin menggunakan kamera khusus untuk menangkap foto panorama yang dirangkaikan di Google Maps dan galeri foto daring Street View yang memungkinkan orang untuk berenang bersama tanpa menjadi basah.
"Dengan foto-foto yang indah dan dinamis, Anda tidak perlu menjadi penyelam atau bahkan bisa berenang untuk menjelajah enam terumbu karang laut yang paling menakjubkan,” ujar wakil presiden Google Maps and Earth Brian McClendon.
"Saat ini, siapa pun dapat menjadi penerus Jacques Cousteau di dunia maya dan menyelam bersama penyu, ikan dan manta ray di Australia, Filipina dan Hawaii.”
Lokasi bawah laut yang digambarkan termasuk Great Barrier Reef, Kawah Molokini, dan cagar alam laut Pulau Apo.
"Kami telah menerbitkan foto-foto di tujuh benua, di Amazon serta Arktik,” ujar manajer program Google Oceans Jenifer Austin Foulkes.
Sebuah kanal di jaringan sosial Google+ dipersembahkan khusus untuk ekspedisi Catlin, yang memiliki potensi untuk menemukan spesies mahluk laut baru selama fase “terumbu karang dalam”, dan telah menarik sekitar 1,4 juta pengikut.
Foto-foto bawah laut ini dapat dilihat di dunia maya pada maps.google.com/ocean.
"Ini proyek yang dapat melibatkan orang banyak,” ujar Vevers.
“Kita perlu menjembatani kesenjangan antara pemahaman ilmiah dan kesadaran publik. Kita perlu masyarakat untuk bisa menyelami laut.” (AFP)
Foto-foto panorama bawah laut ditambahkan ke Google Maps lewat bantuan ekspedisi ilmiah Survei Laut Catlin, dengan harapan bahwa foto bawah laut dengan jarak dekat akan menginspirasi orang-orang untuk melindunginya.
“Ini adalah dekade yang kritis untuk terumbu karang,” ujar direktur proyek Catlin Richard Vevers pada AFP Rabu (26/9) saat memperlihatkan proyek pemetaan terumbu karang Google.
"Kita perlu mendokumentasikan mereka secepat yang kita bisa dan melibatkan banyak orang untuk menghentikan kerusakan, yang saat ini tingkatnya sangat mengkhawatirkan.”
Sebuah tim kecil yang terdiri dari penyelam Catlin menggunakan kamera khusus untuk menangkap foto panorama yang dirangkaikan di Google Maps dan galeri foto daring Street View yang memungkinkan orang untuk berenang bersama tanpa menjadi basah.
"Dengan foto-foto yang indah dan dinamis, Anda tidak perlu menjadi penyelam atau bahkan bisa berenang untuk menjelajah enam terumbu karang laut yang paling menakjubkan,” ujar wakil presiden Google Maps and Earth Brian McClendon.
"Saat ini, siapa pun dapat menjadi penerus Jacques Cousteau di dunia maya dan menyelam bersama penyu, ikan dan manta ray di Australia, Filipina dan Hawaii.”
Lokasi bawah laut yang digambarkan termasuk Great Barrier Reef, Kawah Molokini, dan cagar alam laut Pulau Apo.
"Kami telah menerbitkan foto-foto di tujuh benua, di Amazon serta Arktik,” ujar manajer program Google Oceans Jenifer Austin Foulkes.
Sebuah kanal di jaringan sosial Google+ dipersembahkan khusus untuk ekspedisi Catlin, yang memiliki potensi untuk menemukan spesies mahluk laut baru selama fase “terumbu karang dalam”, dan telah menarik sekitar 1,4 juta pengikut.
Foto-foto bawah laut ini dapat dilihat di dunia maya pada maps.google.com/ocean.
"Ini proyek yang dapat melibatkan orang banyak,” ujar Vevers.
“Kita perlu menjembatani kesenjangan antara pemahaman ilmiah dan kesadaran publik. Kita perlu masyarakat untuk bisa menyelami laut.” (AFP)