Gotong Royong, Modal Bangsa Tanggulangi Pandemi Corona

  • Petrus Riski

Posko Gusdurian Peduli bersiap membagikan paket makanan untuk warga Isoman di Surabaya (foto courtesy: Gusdurian Surabaya).

Sejumlah komunitas masyarakat di Surabaya melakukan gerakan sosial gotong royong saling bantu, khususnya bagi masyarakat terdampak COVID-19. Selain warga yang terdampak secara ekonomi, bantuan juga menyasar warga yang terinfeksi COVID-19 dan menjalani isolasi mandiri di rumah.

Sejumlah komunitas di Jawa Timur melakukan aksi sosial membantu pemulihan ekonomi warga yang terdampak COVID-19. Salah satu gerakan gotong royong ini diinisiasi oleh Gusdurian Peduli-Saling Jaga Surabaya.

Bersama warga masyarakat, para relawan ini menggalang dan mendistribusikan bantuan berupa sembako, makan siap santap, vitamin, buah-buahan, hingga minuman herbal. Ratusan paket setiap harinya dikirim ke rumah-rumah warga yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman), karena berstatus positif COVID-19.

Koordinator Gusdurian Jawa Timur, Yuska Harimurti, mengatakan aksi gotong royong ini merupakan bentuk peran serta masyarakat membantu pemerintah mempercepat penanganan COVID-19.

Paket bingkisan "Gusdurian Peduli" untuk warga Surabaya yang menjalani Isoman (foto courtesy: Gusdurian Surabaya).

Selama Juli 2021, lebih dari 5.000 paket telah dikirimkan ke warga yang menjalani isolasi mandiri, serta kepada petugas penggali kubur korban COVID-19. Yuska mengatakan, paket makanan, vitamin, serta aneka bahan kebutuhan itu diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada masyarakat yang bersedia isolasi mandiri untuk memutus mata rantai penularan.

“Kita bisa memberikan apresiasi kepada orang-orang yang secara sadar dan mau, melakukan isolasi mandiri di rumah. Dan di satu sisi juga memberikan bantuan kepada mereka supaya tidak lagi terganggu dengan urusan makan dan lain-lain. Maka kemudian kita memutuskan, kita harus membantu memenuhi kebutuhan untuk warga yang menjalani isoman," katanya.

Relawan menyiapkan paket makanan siap santap untuk warga Surabaya yang menjalani Isoman (courtesy: Gusdurian Surabaya).

Menurut Yuska, gerakan sosial Saling Jaga Surabaya ini merupakan nilai budaya bangsa Indonesia yang dimiliki sejak lama, karena mengajarkan kepada masyarakat untuk saling membantu satu sama lain, atau biasa disebut gotong royong. Pandemi ini kata Yuska, merupakan momentum yang tepat bagi masyarakat untuk berperan aktif membantu pemerintah mengatasi dampak pandemi ini.

“Ketika semua orang itu sekarang berbicara, bahwa gotong royong itu adalah kunci, maka sekarang ini tiba saat yang tepat untuk bisa membuktikan itu, bahwa segala permasalahan yang ada sekarang itu harus diselesaikan secara gotong royong. Negara boleh mengambil kebijakan apa pun, tetapi sebagai warga negara juga bisa mengambil peran aktif di dalam mengambil peran-peran yang bisa membantu masyarakat sekitarnya. Contohnya tentang membantu (warga) isoman," paparnya.

Selain Gusdurian, ada banyak kelompok masyarakat yang juga melakukan gerakan serupa, di berbagai daerah di Jawa Timur dan Indonesia. Bahkan sejumlah siswa Sekolah Dasar menggagas gerakan gotong royong peduli Surabaya, untuk membantu mengatasi dampak pandemi virus corona.

Salah satunya yang digalang SDK St. Aloysius Surabaya, bersama sejumlah SD dan SMP di Surabaya. Mereka mengumpulkan sembako secara sukarela, yang nantinya didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan melalui Pemerintah Kota Surabaya.

Kotak yang disediakan untuk menaruh sembako sumbangan anak-anak SDK St. Aloysius Surabaya (courtesy: SDK St. Aloysius Surabaya).

“Jadi misalnya dia hanya punya beras satu cangkir, ya sudah bawa saja beras satu cangkir. Makanya di sekolah kami menyediakan kotak-kotak itu, untuk beras, gula, minyak goreng, kecap, dan mie instan. Jadi anak-anak bebas mau bawa apa, mau berapa banyak kami terima. Tujuannya kan untuk menggerakkan semangat peduli pada sesama, di kalangan siswa," tutur Kepala SDK St. Aloysius Surabaya, Emerentiana Sugiarti, kepada VOA.

Pemda Apresiasi Gerakan Masyarakat

Gerakan sosial saling bantu antarwarga ini diapresiasi Benny Sampirwanto, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Benny mengatakan gerakan ini sangat membantu pemerintah di daerah dalam menanggulangi dampak COVID-19, khususnya secara ekonomi dan sosial.

Selain itu, kata Benny, kelompok masyarakat yang melakukan aksi sosial dapat berkoordinasi dengan pemerintah setempat, dan bersama-sama menanggulangi dampak pandemi ini.

“Dukungan, motivasi yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat untuk ikut serta, ini yang menurut saya perlu diberikan apresiasi, diberikan penghargaan. Karena tidak mungkin pemerintah bisa sendiri," katanya.

"Menurut saya pemerintah sangat terbantu, ya seharusnya seperti ini. Ini menurut saya sebuah langkah yang bagus, yang muncul karena ada blessing in disguise, warga dengan sukarela, dengan tulus membantu warga yang lain," tambah Benny.

"Gusdurian Peduli" membagikan sembako dan paket makanan untuk petugas pemakaman korban COVID-19 (foto courtesy: Gusdurian Surabaya).

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdissalam, menyebut pandemi ini merupakan momentum untuk mengingatkan kembali modal sosial yang dimiliki bangsa Indonesia, yakni gotong royong. Semangat gotong royong yang dimiliki saat masyarakat sama-sama merasakan kesulitan, harus dikuatkan dan terus ditumbuhkan dalam bentuk gerakan saling menolong antar warga.

“Momentum ini sebenarnya meretrospeksi, merecall kembali pikiran masyarakat bahwa kita pernah bersatu padu, bergotong royong, kita pernah merasakan situasi sulit bersama. Ketika kemudian sekarang situasinya menjadi sulit bersama, itu di-recall kembali oleh masyarakat, untuk bisa menolong sesamanya, untuk berbuat baik kepada sesamanya, yang sebenarnya itu adalah modal sosial masyarakat Indonesia," paparnya.

Surokim berharap, pemerintah mampu memelihara dan menjaga modal sosial ini, dengan memperkuat kepercayaan dan keteladanan yang dimiliki pemerintah. Maka, semangat saling tolong menolong itu akan semakin dimiliki masyarakat dan dijalankan secara sukarela.

Your browser doesn’t support HTML5

Gotong Royong, Modal Bangsa Tanggulangi Pandemi Corona


Sementara itu, aktivis Roemah Bhinneka, Michael Andrew, berharap gotong royong saling bantu menanggulangi pandemi ini juga didukung kerelaan pengelola rumah ibadah untuk menyediakan bangunan serta fasilitas yang dimiliki sebagai penampungan warga yang membutuhkan tempat isolasi mandiri. Tempat isolasi mandiri ini diperlukan, karena semakin banyak muncul klaster keluarga sehingga diperlukan tempat yang baik untuk merawat dan memulihkan warga yang terinfeksi.

"Saya melihat bahwa, penting agar rumah-rumah ibadah itu membuka diri, nah kenapa kok rumah ibadah itu penting, banyak rumah ibadah yang tidak difungsikan kembali sebagai tempat ibadah karena harus beribadah di rumah. Dari pada tempat itu nganggur, lebih baik dibuatkanlah untuk isolasi mandiri," katanya. [pr/em]